Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah organisasi mahasiswa yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947, atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia).
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Singkatan | HMI |
---|---|
Tanggal pendirian | 5 Februari 1947 |
Tipe | Organisasi Kemahasiswaan, Perkaderan dan Perjuangan. |
Tujuan | Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, yang Bernafaskan Islam dan Bertanggung Jawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang diridhai Allah Subhanahu Wa Ta'ala. |
Kantor pusat | Jl. Sultan Agung No.25 A, RT.1/RW.1, Guntur, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia, 12980 |
Bahasa resmi | Indonesia |
Ketua Umum PB HMI 2023-2025 | Bagas Kurniawan |
Sebelum lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri organisasi kemahasiswaan bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) pada tahun 1946 yang beranggotakan mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas Hukum dan Fakultas Sastra. Oleh karena PMY dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahasiswa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Tidak tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan alasan kuat bagi para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari PMY.
Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di Ibu kota Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah yang dipelopori oleh Partai Sosialis pimpinan Syahrir - Amir Syarifuddin dan pihak oposisi yang dipelopori oleh Masyumi pimpinan Soekiman - Wali Al-Fatah, PNI pimpinan Ki Sarmidi Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto, serta Persatuan Perjuangan pimpinan Tan Malaka. Polarisasi ini bermula pada dua pendirian yang saling bertolak belakang. Pihak Partai Sosialis (Pemerintah) menitikberatkan perjuangan memperoleh pengakuan Indonesia kepada perjuangan berdiplomasi sementara pihak oposisi berpegang pada perjuangan bersenjata melawan Belanda.
Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka adalah pengurus PMY berorientasi kepada Partai Sosialis. Melalui merekalah Partai Sosialis mencoba mendominasi PMY. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealisme tidak dapat membiarkan usaha Partai Sosialis hendak mendominasi PMY. Dengan suasana yang sangat kritis dikarenakan Belanda semakin memperkuatkan diri dengan terus-menerus mendatangkan bala bantuan dengan persenjataan modern disertai dengan peristiwa Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947 Dengan situasi yang demikian para mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu menghadapi Belanda, mencegak setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang sangat melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda. Karenanya mereka menolah keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap mahasiswa yang dinilai akan mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik.
Berbagai hal ini yang mendorong beberapa orang mahasiswa untuk mendirikan organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh sebelum adanya keinginan untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita akan itu, tetapi selalu ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat dari berbagai kondisi yang ada dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu diwujudkan karena bila membiarkan PMY lebih lama didominasi oleh Partai Sosialis adalah hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap PMY tidak hanya datang dari kalangan mahasiswa Islam, melainkan juga mahasiswa kristen, mahasiswa katolik, serta berbagai mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi keagamaan.
HMI diprakarsai oleh Lafran Pane, seorang mahasiswa tingkat I (semester I) Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Islam (sekarang Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH-UII). Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa bernapaskan Islam dan setelah mendapatkan cukup dukungan, pada bulan November 1946, ia mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi, untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut. Rapat-rapat ini dihadiri kurang lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan kesepakatan. Namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya. Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan "Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres".
Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, tetapi dia menolak dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.
Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah sebagai berikut:
Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan:
Adapun peserta rapat yang hadir antara lain:
Selain itu keputusan rapat tersebut memutuskan kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai berikut:
Ketua | Lafran Pane |
Wakil Ketua | Asmin Nasution |
Penulis I | Anton Timoer Djailani, salah satu pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII) |
Penulis II | Karnoto Zarkasyi |
Bendahara I | Dahlan Husein |
Bendahara II | Maisaroh Hilal |
Anggota | Suwali Yusdi Gozali, pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII) Mansyur |
Pada saat terjadi pembantaian massal anti-komunis yang dimulai pasca-G30S mahasiswa anggota HMI dilibatkan pihak universitas dalam proses skrining dan pembersihan kampus untuk menunjuk siapa pengajar atau mahasiswa yang dianggap komunis, anggota PKI, atau aktif dalam organisasi mahasiswa kiri seperti CGMI. Mereka yang tidak lolos proses skrining ini dipecat, sebagian menjadi tahanan politik, hilang, atau dibunuh. Beberapa anggota HMI dilatih oleh RPKAD untuk membunuh.
Lembaga Pengembangan Profesi adalah lembaga pengkaderan untuk pengembangan profesi di lingkungan HMI. Lembaga Pengembangan Profesi terdiri dari:
Dalam Perkembangannya Himpunan Mahasiswa Islam kemudian terpecah menjadi dua karena upaya Orde Baru dalam meletakkan asas tunggal pancasila, yang merapat pada kekuasaan Orde Baru disebut HMI Dipo dan yang tetap sesuai asas Islam adalah HMI MPO, tetapi keduanya tetap menyebut sebagai HMI dalam dokumen organisasi.
No. | Nama | Masa jabatan |
---|---|---|
1 | Lafran Pane | 1948 |
2 | Mohammad Syafa'at Mintaredja | 1948 |
3 | Achmad Tirtosudiro | 1948 - 1949 |
4 | Lukman El Hakim | 1950 - 1951 |
5 | A. Dahlan Ranuwiharjo | 1951 - 1953 |
6 | Deliar Noer | 1953 - 1955 |
7 | Amir Rajab Batubara | 1955 - 1957 |
8 | Ismail Hasan Metareum | 1957 - 1960 |
9 | Nursal | 1960 - 1963 |
10 | Sulastomo | 1963 - 1966 |
11 | Nurcholish Madjid | 1966 - 1969 1969 - 1971 |
12 | Akbar Tanjung | 1971 - 1974 |
13 | Ridwan Saidi | 1974 - 1976 |
14 | Chumaidi Syarif Romas | 1976 - 1978 |
15 | Abdullah Hehamahua | 1978 - 1981 |
16 | Ahmad Zacky Siradj | 1981 - 1983 |
17 | Harry Azhar Azis | 1983 - 1986 |
18 | M. Saleh Khalid | 1986 - 1988 |
19 | Herman Widyananda | 1988 - 1990 |
20 | Ferry Mursyidan Baldan | 1990 - 1992 |
21 | Yahya Zaini | 1992 - 1995 |
22 | Taufik Hidayat | 1995 - 1997 |
23 | Anas Urbaningrum | 1997 - 1999 |
24 | M. Fakhruddin | 1999 - 2002 |
25 | Kholis Malik | 2002 - 2004 |
26 | Hasanuddin | 2004 - 2006 |
27 | Fajar Zulkarnain | 2006 - 2008 |
28 | Arip Mustafa | 2008 - 2010 |
29 | Noer Fadjrieansyah | 2010 - 2013 |
30 | Arief Rosyid | 2013 - 2015 |
31 | Mulyadi P. Tamsir | 2015 - 2018 |
32 | Respiratori Saddam Al Jihad | 2018 |
33 | Arya Kharisma Hardy (pj) | 2018-2020 |
34 | Raihan Ariatama | 2021-2023 |
35 | Bagas Kurniawan | 2023-2025 |
Alumni HMI adalah anggota HMI yang telah habis atau selesai masa anggotanya.
Alumni HMI dari PDIP:
Alumni HMI dari Partai Golkar:
Alumni HMI dari Partai HANURA:
Alumni HMI dari PAN:
Alumni HMI dari NASDEM:
Alumni HMI dari Demokrat:
Alumni HMI dari PKB:
Alumni HMI dari PPP:
Alumni HMI dari Gerindra:
Alumni HMI dari PKS:
This article uses material from the Wikipedia Bahasa Indonesia article Himpunan Mahasiswa Islam, which is released under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 license ("CC BY-SA 3.0"); additional terms may apply (view authors). Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali dinyatakan lain. Images, videos and audio are available under their respective licenses.
®Wikipedia is a registered trademark of the Wiki Foundation, Inc. Wiki Bahasa Indonesia (DUHOCTRUNGQUOC.VN) is an independent company and has no affiliation with Wiki Foundation.