Bahasa Sanskerta: Bahasa Indo-Arya kuno di Asia Selatan

Bahasa Sanskerta (ejaan tidak baku: Sansekerta, Sangsekerta, Sanskrit, aksara Dewanagari: संस्कृतम्, saṃskṛtam) adalah bahasa kuno Asia Selatan yang merupakan cabang Indo-Arya dari rumpun bahasa Indo-Eropa.

Bahasa ini berkembang di Asia Selatan setelah moyangnya mengalami difusi trans-budaya di wilayah barat laut Asia Selatan pada Zaman Perunggu. Bahasa Sanskerta adalah bahasa suci umat Hindu, Buddha, dan Jain. Bahasa ini merupakan basantara Asia Selatan pada zaman kuno dan pertengahan, dan menjadi bahasa agama, kebudayaan, dan politik yang tersebar di sejumlah wilayah di Asia Tenggara, dan Tengah. Bahasa ini memberikan banyak pengaruh bahasa di Asia Selatan, Tenggara, dan Timur, khususnya melalui kosakata yang dipelajari.

Bahasa Sanskerta
संस्कृतम्
Saṃskṛtam
Saṁskrtavāk
Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis
Saṃskṛtam dalam aksara Dewanagari
Pengucapan[ˈsɐ̃skr̩tɐm]  (Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis dengarkan)
Dituturkan diAsia
WilayahIndia dan Indonesia serta beberapa wilayah lainnya di Asia Selatan dan Tenggara
EraAbad Milenium ke-2 SM – 600 SM (Bahasa Sanskerta Weda);
600 SM-sekarang (Bahasa Sanskerta Klasik)
Rincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.

  • 2.212 (1971)
  • 6.106 (1981)
  • 49.736 (1991)
  • 14.135 (2001)
  • 26.490 (Bahasa ibu, 2011)
Bentuk awal
Aslinya merupakan bahasa lisan. Tidak ada aksara yang resmi untuk bahasa ini; tetapi sejak milenium pertama Masehi, bahasa ini ditulis dalam aksara Brahmi dan turunannya.
Aspek ketatabahasaan
Tipologi
Kasus
Modus
Gender
  • feminin
  • maskulin
  • neutera Sunting ini di Wikidata
Persona
  • first-person dual
  • first-person plural
  • orang kedua tunggal
  • orang pertama tunggal
  • second-person dual
  • second-person plural
  • third-person dual
  • third-person plural
  • third-person singular Sunting ini di Wikidata
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Kode bahasa
ISO 639-1sa
ISO 639-2san
ISO 639-3san – kode inklusif
Kode individual:
cls – Bahasa Sanskerta Klasik
vsn – Bahasa Weda
QIDQ11059
Status konservasi
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Extinct

Sanskerta diklasifikasikan sebagai bahasa yang telah punah (EX) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC4 Educational
Bahasa Sanskerta dikategorikan sebagai C4 Educational menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini digunakan di institusi pendidikan, baik dalam bahasa ajar-mengajar maupun sebagai kurikulum ajaran
Referensi:
Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Bahasa Sanskerta masih mempertahankan ciri-ciri bahasa Indo-Arya kuno. Bentuk arkaisnya adalah bahasa Weda yang ditemukan dalam Regweda, kumpulan 1.028 himne yang disusun oleh masyarakat suku Indo-Arya yang bermigrasi di wilayah yang kini Afganistan hingga Pakistan dan kemudian India Utara. Bahasa Weda ini berakulturasi dengan bahasa kuno yang telah ada di anak benua India, menyerap kosakata yang berkaitan dengan nama-nama hewan dan tumbuhan; dan tambahannya, rumpun bahasa Dravida kuno memengaruhi fonologi dan sintaksis Sanskerta. "Sanskerta" dapat juga merujuk pada bahasa Sanskerta klasik yang tata bahasanya dibakukan pada pertengahan milenium pertama SM secara sangat lengkap, yang termuat dalam kitab Aṣṭādhyāyī ("Delapan Bab") karya Pāṇini. Pujangga dan dramawan besar Kalidasa menulis menggunakan bahasa Sanskerta klasik, dan dasar-dasar aritmetika klasik pertama kalinya dideskripsikan dalam bahasa Sanskerta klasik. Dua wiracarita besar Mahabharata dan Ramayana, disusun menggunakan gaya bahasa cerita lisan yang digunakan di India Utara antara 400 SM dan 300 SM, dan kira-kira sezaman dengan bahasa Sanskerta klasik. Pada abad-abad berikutnya bahasa Sanskerta mulai terikat tradisi, berhenti dipelajari sebagai bahasa ibu, dan akhirnya berhenti berkembang sebagai bahasa yang hidup.

Nyanyian Regweda sangat mirip dengan puisi arkais berbahasa Iran dan Yunani, Gathas dalam bahasa Avesta dan Illiad karya Homeros. Karena Regweda mengalir dari mulut ke mulut dengan cara rajin menghafal, dan dianggap sebagai sebuah teks tunggal tanpa varian apa pun, Regweda melestarikan morfologi dan sintaksis yang mendorong rekonstruksi moyang dari bahasa tersebut, bahasa Proto-Indo-Eropa. Bahasa Sanskerta tidak memiliki sistem tulisan yang spesifik: sekitar peralihan milenium pertama Masehi, bahasa ini ditulis dalam aksara-aksara berumpun Brahmi dan saat ini menggunakan aksara Dewanagari.

Status, fungsi, dan penempatan bahasa Sanskerta sebagai warisan sejarah dan budaya India diakui dalam bahasa resmi di Jadwal Kedelapan dari Konstitusi India. Namun, di luar kebangkitannya, tidak ada masyarakat yang mengakui bahasa ini sebagai bahasa ibu di India. Pada sensus terakhir di India, sekitar ribuan warga negara India mengakui bahasa Sanskerta sebagai bahasa ibu mereka, dan angka itu dianggap menandakan harapan penyelarasan dengan prestise berbahasa. Bahasa Sanskerta diajarkan di gurukula sejak zaman kuno; dan kini diajarkan pada sekolah menengah pertama. Sekolah modern bahasa Sanskerta tertua adalah Sampurnanand Sanskrit Vishwavidyalaya, didirikan pada 1791 pada masa pemerintahan Perusahaan Hindia Timur Britania. Bahasa Sanskerta menjadi bahasa liturgi bagi umat Hindu dan Buddha, digunakan untuk membacakan nyanyian dan mantra.

Etimologi dan penamaan

Manuskrip Sanskerta kuno: kitab suci keagamaan (atas), dan teks pengobatan (bawah)

Dalam bahasa Sanskerta ajektiva verbal sáṃskṛta- adalah kata majemuk yang tersusun dari sam (berbudaya, bagus, baik, sempurna) dan krta- (tersusun). Maksudnya adalah suatu bahasa yang "tersusun dengan baik, murni, sempurna, suci, dan berbudaya". Menurut Biderman, kesempurnaan yang dimaksud dari etimologi tersebut cenderung memiliki kualitas tonal bukannya semantik. Tradisi lisan dianggap berharga di India Kuno, dan resi-resinya menyusun alfabet, struktur kata, dan tata bahasanya menjadi "sebuah kumpulan suara, semacam cetakan musikal yang bernilai luhur", sebagaimana yang disebut Biderman, sebagai sebuah bahasa yang disebut Sanskerta. Dari akhir periode Weda, sebagaimana yang disebut Annette Wilke dan Oliver Moebus, landasan resonansi dan musikalnya membangun "literatur linguistik, filosofis, dan religius dengan jumlah yang sangat besar" di India. Suara-suara itu divisualisiasikan "meliputi seluruh ciptaan", representasi lain dari dunia itu sendiri; sebuah "magna misterius" dari pemikiran Hindu. Pencarian kesempurnaan dalam pemikiran dan tujuan kebebasan berada di antara dimensi suara sakral, benang merah itu merangkai semua ide dan inspirasi menjadi apa yang diyakini masyarakat India kuno sebagai bahasa yang sempurna, sehingga terciptalah "epistema fonosentris" bahasa Sanskerta.

Bahasa ini dianggap sebagai lawan dari bahasa-bahasa rakyat (prākṛta-). Kata prakrta secara literal berarti "asli, alami, normal, tak berseni", menurut Franklin Southworth. Keterkaitan antara bahasa Prakerta dan Sanskerta ditemukan dalam naskah India berangka milenium pertama Masehi. Patañjali mengakui bahasa Prakerta sebagai bahasa pertama, yang secara naluriah diadopsi oleh anak-anak yang berujung pada masalah interpretasi dan kesalahpahaman. Pemurnian struktur bahasa Sanskerta menghapus ketidaksempurnaan itu. Tatabahasawan Sanskerta awal Daṇḍin menyatakan, sebagai contoh, banyak kata bahasa Prakerta berasal dari Sanskerta, tetapi memunculkan "kehilangan suara" dan penyalahgunaan makna yang merupakan hasil dari "pengabaian tata bahasa". Daṇḍin mengakui ada kata-kata dan struktur membingungkan dari bahasa Prakerta yang lepas dari bahasa Sanskerta. Pandangan ini tampak pada gaya penulisan Bharata Muni yang mengarang naskah Natyasastra. Namisādhu, salah satu cendekiawan Jaina, mengakui adanya perbedaan tersebut, tetapi tidak setuju kalau bahasa Prakerta adalah hasil penyalahgunaan makna dari Sanskerta. Namisādhu menyatakan bahwa bahasa Prakerta bersifat pūrvam (alamiah) bagi anak-anak, dan Sanskerta adalah penyempurnaan bahasa Prakerta melalui sebuah "pemurnian tata bahasa".

Sejarah

Asal usul dan perkembangan

Kiri: Hipotesis Kurgan yang berkaitan dengan migrasi Indo-Eropa antara 4000–1000 SM. Kanan: sebaran geografis rumpun bahasa Indo-Eropa dengan Sanskerta di Asia Selatan.

Bahasa Sanskerta termasuk dalam rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa ini menjadi salah satu dari tiga bahasa Indo-Eropa tertua yang didokumentasikan serta lahir dari suatu bahasa purba yang direkonstruksi yaitu bahasa Proto-Indo-Eropa:

Bahasa Indo-Eropa lainnya yang berhubungan dengan Sanskerta antara lain bahasa Latin arkais dan klasik (c. 600 SM–100 M, Italia zaman kuno), bahasa Gotik (bahasa Jermanik arkais, c. 350 SM), bahasa Norse Kuno (c. 200 SM ke atas), bahasa Avesta Kuno (c. akhir milenium ke-2 SM), dan bahasa Avesta Muda (c. 900 SM). Bahasa kuno terdekat dengan bahasa Weda adalah rumpun Nuristan yang ditemukan di wilayah Hindu Kush, timur laut Afganistan dan barat laut Himalaya, serta bahasa Avesta dan Persia Kuno yang punah — keduanya berumpun Iran. Bahasa Sanskerta adalah kelompok bahasa satem Indo-Eropa.

Sejumlah sarjana zaman kolonial yang menguasai bahasa Latin dan Yunani terkejut dengan kemiripan bahasa-bahasa klasik Eropa dengan Sanskerta, baik dari kosakata dan tata bahasanya. Dalam The Oxford Introduction to Proto-Indo-European and the Proto-Indo-European World, Mallory dan Adams menjelaskan kemiripan tersebut dalam beberapa contoh berikut:

      Inggris   Latin Yunani Sanskerta
        mother   māter   mētēr   mātár-
        father   pater   pater   pitár-
        brother   frāter   phreter   bhrātar-
        sister   soror   eor   svásar-
        son   fīlius   huius   sūnú-
        daughter   fīlia   thugátēr   duhitár-
        cow   bōs   bous   gáu-
        house   domus   do   dām-

Kedekatan kosakata tersebut menunjukkan adanya sebuah akar kata, serta kaitan historis antara sejumlah bahasa-bahasa kuno besar di dunia.

Teori migrasi Indo-Arya menjelaskan bagaimana bahasa Sanskerta dan bahasa Indo-Eropa lainnya saling berkaitan serta menyatakan bahwa penutur asli bahasa yang kelak menjadi Sanskerta tiba di Asia Selatan dari asalnya, kemungkinan barat laut wilayah Indus pada awal milenium ke-2 SM. Bukti sejarah yang ada dalam teori tersebut adalah kedekatan antara bahasa Indo-Iran dengan rumpun bahasa Baltik dan Slavik, pertukaran dengan kosakata non-Indo-Eropa seperti rumpun bahasa Ural, dan kosakata Indo-Eropa yang berkaitan dengan flora-fauna.

Masa prasejarah rumpun bahasa Indo-Arya sebagai moyang bahasa Sanskerta tidak jelas dan hipotesisnya diajukan dalam batas yang cukup luas. Menurut Thomas Burrow, dengan menghubungkannya dengan bahasa rumpun Indo Eropa, asal usul bahasa tersebut mungkin bermula dari Eropa Tengah atau Timur, dan rumpun Indo-Iran muncul dari Rusia Tengah. Cabang rumpun bahasa Indo-Iran, Indo-Arya dan Iran, berpisah. Bahasa Sanskerta adalah cabang Indo-Arya yang berpindah menuju Iran timur, kemudian mengarah ke Asia Selatan pada paruh pertama milenium ke-2 SM. Begitu permulaan India Kuno, bahasa Indo-Arya mengalami perubahan lingustik dan terciptalah bahasa Weda.

Bahasa Weda

Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis 
Regweda ditulis dalam aksara Dewanagari, awal abad ke-19. Garis merah horizontal dan vertikal mewakili tangga nada rendah dan tinggi dalam pembacaannya.

Bentuk praklasik bahasa Sanskerta adalah bahasa Weda. Naskah tertulis paling awal yang menggunakan bahasa Sanskerta adalah salah satu dari kitab suci umat Hindu yang empat, Regweda, ditulis pada pertengahan hingga akhir abad ke-2 SM. Tak ada catatan tertulis dari masa-masa awal yang dilestarikan, bahkan jika ada, sejumlah sarjana percaya bahwa Regweda turun-temurun secara lisan: teks tersebut adalah teks upacara keagamaan, dengan ekspresi fonetis yang pasti dan pelestariannya menjadi bagian dari tradisi.

Regweda adalah kumpulan kitab suci yang dibuat oleh banyak pengarang secara terpisah di wilayah India kuno. Penulis-penulisnya berada pada generasi yang berbeda-beda: Mandala 2 hingga 7 adalah yang tertua, sedangkan mandala 1 dan 10 adalah yang termuda. Namun bahasa Weda dalam kitab-kitab Rigveda "hampir tidak menyajikan keragaman dialektika", menurut Louis Renou — seorang Indolog yang dikenal karena penelitiannya tentang sastra Sanskerta dan khususnya Rigveda. Menurut Renou, ini menunjukkan bahwa bahasa Weda memiliki "pola linguistik yang teratur" pada paruh kedua milenium ke-2 SM. Setelah Regweda, Weda lainnya yang bertahan adalah Samaweda, Yajurweda, dan Atharwaweda, bersama naskah-naskah lain seperti Brahmana, Aranyaka, dan Upanisad. Dokumen Weda merefleksikan dialek bahasa Sanskerta pada sejumlah wilayah barat laut, utara, dan timur anak benua India.(hlm. 9)

Bahasa Weda adalah bahasa lisan sekaligus tertulis pada zaman India Kuno. Menurut Michael Witzel, bahasa Weda adalah bahasa lisan suku seminomaden Arya yang kelak bertempat tinggal di satu tempat dan tetap memelihara kebiasaan sehari-hari mereka seperti beternak sapi, bertani terbatas, dan menjalankan gerobak yang disebut grama.(hlm. 16–17) Bahasa Weda atau varian Indo-Eropa terdekatnya diakui di seluruh wilayah India Kuno yang dibuktikan dengan "Traktat Mitanni" antara bangsa Het dan Mitanni, dipahat pada batu, di suatu wilayah yang kini menjadi Suriah dan Turki. Bagian dari traktat tersebut seperti nama-nama pangeran Mitanni dan istilah teknis yang berhubungan dengan perkudaan, dengan alasan yang tak dipahami, ditulis dalam bentuk awal bahasa Weda. Traktat ini juga memuat Dewa Baruna, Mitra, Indra, dan Nasatya yang ditemukan dalam lapisan awal literatur Weda.

Bahasa Weda yang ada dalam Regweda lebih arkais daripada Weda-Weda lainnya, dan dalam banyak hal, gaya bahasa Regweda diketahui lebih mirip dengan salah satu kitab umat Majusi Gathas dan juga Iliad dan Odisseia karya Homeros. Menurut Stephanie W. Jamison dan Joel P. Brereton — Indolog yang dikenal karena penerjemahan Regweda — literatur Weda "telah jelas diwariskan" dari struktur sosial zaman Indo-Iran dan Indo-Eropa seperti peranan penyair dan pendeta, ekonomi patronasi, kemiripan frasa, dan sejumlah metrum puisi. Meski ada kemiripan, menurut Jamison dan Brereton, ada perbedaan antara sastra Weda, Avesta Kuno, dan Yunani Mikenai. Misalnya, tak seperti penggunaan majas simile dalam Regweda, teks Gathas tak memiliki simile, dan jarang digunakan pada versi bahasa yang kemudian. Bahasa Yunani Homeros, seperti Sanskerta Regweda, banyak menggunakan simile, tetapi secara struktural sangat berbeda.

Bahasa Sanskerta Klasik

Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis 
Naskah tata bahasa Sanskerta Pāṇini abad ke-17 dari Kashmir

Bentuk bahasa Weda kurang homogen, dan kemudian berevolusi menjadi bahasa yang lebih terstruktur dan homogen, yang disebut bahasa Sanskerta Klasik pada pertengahan milenium pertama SM. Menurut Richard Gombrich—Indolog dan sarjana bahasa Sanskerta, Pāli, dan studi agama Buddha—bahasa Weda yang arkais dalam Regweda sudah berevolusi pada periode Weda, seperti dibuktikan dalam karya sastra Weda berikutnya. Bahasa dalam Upanisad Hindu awal dan karya sastra Weda berikutnya menggunakan bahasa Sanskerta Klasik, sedangkan bahasa Weda yang arkais pada zaman Buddha menjadi tak bisa dipahami oleh semua orang kecuali para Resi, menurut Gombrich.

Orang yang dikredit berjasa dalam formalisasi bahasa Sanskerta adalah Pāṇini, juga Mahabhasya karya Patanjali serta komentar Katyayana yang mendahului karya Patanjali. Panini menyusun kitab Aṣṭādhyāyī ("Delapan Bab Tata Bahasa Sanskerta"). Masa hidupnya sering diperdebatkan, tetapi umumnya disepakati bahwa karyanya dibuat antara abad ke-6 hingga ke-4 SM.

Aṣṭādhyāyī bukanlah karya pertama yang mendeskripsikan tata bahasa Sanskerta, tetapi merupakan karya paling awal yang masih bisa dilestarikan secara utuh. Pāṇini mengutip sepuluh orang resi terkait aspek tata bahasa dan fonologi Sanskerta sebelumnya, serta varian penggunaan bahasa Sanskerta di wilayah India yang berbeda. Ia mengutip sepuluh orang resi yaitu Apisali, Kasyapa, Gargya, Galawa, Cakrawarmana, Bharadwaja, Sakatayana, Sakalya, Senaka, dan Sphotayana. Aṣṭādhyāyī menjadi peletak dasar salah satu Wedangga, Wyakarana, . Dalam Aṣṭādhyāyī, bahasa dipandang dengan cara yang tidak sejalan dengan tatabahasawan Yunani atau Latin. Tata bahasa Pāṇini, menurut Renou dan Filliozat, mendefinisikan ekspresi linguistik dan klasika yang menjadi acuan dari bahasa Sanskerta. Pāṇini menggunakan metabahasa teknis, seperti sintaksis, morfologi, dan leksikon. Metabahasa ini terorganisasi menurut deret aturan-meta, beberapa di antaranya dijelaskan langsung, sedangkan lainnya dapat disimpulkan sendiri.

Teori komprehensif dan ilmiah tata bahasa Pāṇini kelak menjadi awal permulaan bahasa Sanskerta Klasik. Risalahnya yang sistematis mengilhami dan menjadikan bahasa Sanskerta sebagai bahasa utama dalam pembelajaraan dan sastra India selama dua milenium. Tak jelas apakah Pāṇini menulisnya sendiri, atau memberikan penjelasannya kepada murid-muridnya secara turun temurun. Sejumlah sarjana menyetujui bahwa ia sudah mengenal penulisan, berdasarkan rujukan kata lipi ("aksara") atau lipikara ("penulis") pada subbab 3.2 Aṣṭādhyāyī.

Bahasa Sanskerta Klasik yang diformalkan oleh Pāṇini, menurut Renou, "bukan bahasa yang dimiskinkan", melainkan "bahasa yang diatur dan ditata dengan mengabaikan arkaisme dan alternatif formal yang tidak perlu". Bentuk klasik Sanskerta menyederhanakan hukum sandhi tetapi tetap mempertahankan ciri-ciri bahasa Weda, serta menambahkan ketelitian dan fleksibilitas, sehingga memiliki ruang yang cukup untuk mengekspresikan pikiran serta "mampu menjawab tuntutan literatur yang beragam di masa mendatang", menurut Renou. Pāṇini juga membuat "aturan pilihan" di luar kerangka kerja bahasa Weda bahulam, untuk menghargai kebebasan dan kreativitas sehingga para penulis yang berada di wilayah geografis atau waktu yang berbeda dapat bebas mengekspresikan fakta dan pandangannya sendiri.

Perbedaan fonetika bahasa Weda dan Sanskerta Klasik dapat diabaikan, bila dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada masa pra-Weda antara bahasa Indo-Arya dan bahasa Weda. Yang membuat bahasa Weda dan Sanskerta klasik berbeda adalah tata bahasa dan kategori gramatikal yang diperluas, serta perbedaan aksen, semantik, dan sintaksis. Ada juga perbedaan bagaimana akhir dari kata benda dan kata kerja, serta juga hukum sandhi, baik internal maupun eksternal. Banyak sekali kata dalam bahasa Weda tidak ditemukan dalam literatur bahasa Weda akhir atau Sanskerta Klasik, sedangkan ada kata Sanskerta Klasik yang maknanya berbeda dan baru jika dibandingkan dengan literatur bahasa Weda.

Arthur Macdonell adalah salah satu sarjana zaman kolonial yang telah merangkum sejumlah perbedaan bahasa Weda dan Sanskerta Klasik. Publikasi berbahasa Prancis kary Louis Renou tahun 1956, berisi pembahasan yang lebih rinci terkait kemiripan, perbedaan, dan evolusi bahasa Weda pada periode Weda dengan bahasa Sanskerta Klasik beserta pandangan pribadinya. Karyanya kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Jagbans Balbir.

Bahasa Sanskerta dan Prakerta

Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis 
Kata Saṃskṛta dalam aksara Gupta:
Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis  Saṃ-skṛ-ta
Prasasti Mandsaur, 532 M.

Kata Saṃskṛta sebagai sebuah bahasa, ditemukan dalam ayat 5.28.17–19 kitab Ramayana. Di luar bahasa Sanskerta yang tertulis dan dipelajari, sejumlah bahasa rakyat (Prakerta) muncul. Bahasa Sanskerta hadir bersama Prakerta pada zaman India kuno. Bahasa Prakerta memiliki akar bahasa Sanskerta yang disebut Apabhramsa, artinya "bahasa yang mengabaikan tata bahasa". Weda memiliki kata-kata yang ekuivalensi fonetiknya tidak ditemukan dalam bahasa Indo-Eropa lain tetapi ditemukan dalam bahasa Prakerta, yang menandai mulainya interaksi berbagi kata dan gagasan pada sejarah awal India. Semenjak pemikiran bangsa India terdiversifikasi dan ajaran awal Hindu mengalami tantangan, khususnya lahirnya agama Buddha dan Jain, bahasa Prakerta seperti Pali yang dipertuturkan umat Buddha Theravāda dan Ardhamagadhi yang dipertuturkan umat Jain bersaing dengan bahasa Sanskerta pada zaman kuno. Namun, menurut Paul Dundas, sarjana Jaina, bahasa-bahasa Prakerta kuno "dikira-kira memiliki hubungan yang dekat dengan Sanskerta, sama seperti halnya bahasa Italia pertengahan dengan Latin." Tradisi India mengakui bahwa Buddha dan Mahawira memilih bahasa Prakerta sehingga siapa pun dapat memahaminya. Namun, sarjana seperti Dundas mempertanyakan hipotesis ini. Mereka mengaku tidak ada bukti dan bahkan jika ada buktinya pada awal masa itu, orang-orang sulit mempelajari bahasa Prakerta kuno seperti Ardhamagadhi kecuali para biksu atau rahib.

Sarjana era kolonial mempertanyakan apakah Sanskerta itu bahasa lisan, atau hanya bahasa sastra. Salah satu aliran menyebut bahwa Sanskerta tak pernah sebagai bahasa lisan, sedangkan yang lain dan kebanyakan sarjana India justru tidak setuju. Mereka yang menegaskan Sanskerta adalah bahasa daerah menyatakan bahwa bahasa ini dahulu adalah bahasa lisan yang dilestarikan dalam naskah-naskah tertulis Sanskerta di India kuno. Selain itu, bukti tekstual karya Yaksa, Panini, dan Patanajali menyatakan bahwa bahasa Sanskerta Klasik pada masa itu adalah bahasa yang dituturkan oleh orang terpelajar dan berbudaya. Sejumlah sutras menguraikan bentuk-bentuk bahasa Sanskerta lisan dan tertulis. Biksu pelancong abad ke-7 Xuanzang menulis dalam memoarnya bahwa perdebatan filosofis resmi di India adalah bahasa Sanskerta, bukan bahasa daerah di wilayah itu.

Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis 
Silsilah rumpun bahasa Indo-Eropa

Pakar linguistik Madhav Deshpande menyatakan bahwa bahasa Sanskerta adalah bahasa lisan sehari-hari pada pertengahan milenium pertama SM yang berdampingan dengan bahasa Sanskerta sastra yang lebih formal dan tertata. Menurut Deshpande, dibenarkan bahwa bahasa modern juga memiliki bahasa sehari-hari dan dialek yang dipertuturkan dan dipahami, bersama dengan bentuk tertulis yang "tertata, lengkap, dan akurat dari segi tata bahasa". Tradisi India, menurut Moriz Winternitz, adalah belajar dan menggunakan bermacam-macam bahasa sejak zaman dahulu. Bahasa Sanskerta adalah bahasa kaum terpelajar dan terpandang, tetapi juga bahasa yang harus dipahami dalam lingkungan sosial yang lebih luas karena wiracarita yang populer seperti Ramayana, Mahabharata, Bhagawatapurana, Pancatantra, dan teks lainnya juga ditulis dalam bahasa Sanskerta. Bahasa Sanskerta dengan tata bahasanya yang ada, menjadi bahasa kaum terpelajar India, dan yang lainnya berkomunikasi dengan bahasa sehari-hari yang dapat saja mengabaikan tata bahasa. Bahasa Sanskerta sebagai bahasa yang terpelajar, hadir bersama bahasa daerah Prakerta. Seni drama berbahasa Sanskerta juga mengindikasikan bahasa itu berdampingan dengan Prakerta. Benares, Paithan, Pune, dan Kanchipuram adalah pusat studi dan debat publik bahasa Sanskerta hingga awal mula kolonialisme di India.

Menurut Étienne Lamotte, Indolog dan sarjana ilmu agama Buddha, bahasa Sanskerta menjadi dominan sebagai bahasa resmi tertulis karena presisi komunikasinya. Menurut Lamotte, bahasa ini adalah instrumen yang cukup ideal untuk menampilkan gagasan serta pengetahuan sehingga menjadi tersebar dan berpengaruh. Bahasa Sanskerta dianggap sebagai sarana gagasan yang berkebudayaan, artistik, dan mendalam. Pollock tidak setuju Lamotte, tetapi yakin bahwa pengaruh bahasa Sanskerta bertumbuh menjadi sebuah "kosmopolis" yang mencakup seluruh wilayah Asia Selatan dan sebagian besar Asia Tenggara. Kosmopolis tersebut berkembang pesat di luar India antara 300 dan 1300 M.

Pengaruh rumpun Dravida

Reinöhl menyebut rumpun bahasa Dravida tidak hanya menyerap kosakata Sanskerta, tetapi juga memengaruhi bahasa Sanskerta berkaitan strukturnya, "misalnya asal usul fonologi retrofleks Indo-Arya, dikaitkan dengan pengaruh rumpun bahasa Dravida". Hock et al. mengutip George Hart yang menyatakan bahwa ada pengaruh bahasa Tamil Kuno dalam bahasa Sanskerta. Hart membandingkan bahasa Tamil Kuno dan Sanskerta Klasik dan menyimpulkan bahwa ada bahasa Prakerta yang diturunkan dari kedua-duanya – "baik Tamil dan Sanskerta mendapatkan kaidah, metrum, dan teknik yang dibagi rata dari satu sumber, serta jelas tidak ada yang langsung diserap dari bahasa lainnya."

Reinöhl menyatakan bahwa ada keterkaitan secara simetris antara bahasa berumpun Dravida seperti bahasa Kannada atau Tamil dengan bahasa Indo-Arya seperti Bengali atau Hindi, dibandingkan dengan bahasa Persia atau Inggris terhadap bahasa berumpun non-Indo-Arya. Dikutip dari Reinöhl – "Kalimat dalam bahasa rumpun Dravida seperti Tamil atau Kannada dapat diubah menjadi bahasa Bengali atau Hindi dengan mengganti kosakata Bengali atau Hindi yang ekuivalen dengan kata dan bentuk Dravida, tanpa mengubah urutan kata, tetapi hal yang sama tidak bisa digunakan untuk mengubah kalimat bahasa Persia atau Inggris menjadi bahasa non-Indo-Arya".

Shulman menyebutkan, "Bentuk kata kerja nonfinit Dravida (disebut juga vinaiyeccam dalam bahasa Tamil) memengaruhi kata kerja nonfinit Sanskerta (aslinya berasal dari bentuk infleksi kata benda perbuatan dalam Weda). Kasus yang sangat menonjol dari pengaruh bahasa Dravida dalam bahasa Sanskerta hanyalah satu dari banyaknya asimilasi sintaktis, tak terkecuali repertoar yang besar dari aspek dan modalitas morfologis yang, jika diamati teliti, dapat ditemukan di mana saja dalam bahasa Sanskerta klasik dan pascaklasik".

Distribusi geografis

Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis 
Sebaran historis bahasa Sanskerta yang dituturkan di banyak negara. Bukti-buktinya antara lain manuskrip dan prasasti yang ditemukan di Asia Selatan, Tenggara, dan Tengah. Bukti-bukti tersebut bertanggal antara 300 hingga 1800 M.

Kehadiran bahasa Sanskerta secara historis telah terbukti dalam lingkup geografi yang luas di Asia Selatan. Prasasti dan karya-karya sastra menunjukkan bahwa bahasa Sanskerta telah digunakan di Asia Tenggara dan Tengah pada milenium pertama SM, melalui para brahmana, peziarah, dan pedagang.

Asia Selatan merupakan daerah yang kaya akan manuskrip dan prasasti berbahasa Sanskerta pada zaman kuno hingga sebelum abad ke-18. Di luar wilayah India Kuno, manuskrip dan prasasti berbahasa Sanskerta telah ditemukan di Tiongkok (terutama di Tibet), Myanmar, Indonesia, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Prasati dan manuskrip Sanskerta, maupun pecahan-pecahannya, termasuk sejumlah teks tertulis berbahasa Sanskerta tertua yang diketahui, telah ditemukan di gurun-gurun kering dan pegunungan seperti di Nepal, Tibet, Afganistan, Mongolia, Uzbekistan, Turkmenistan, Tajikistan, dan Kazakhstan. Sejumlah teks berbahasa Sanskerta juga ditemukan di kuil-kuil Jepang dan Korea.

Status resmi

Di India, bahasa Sanskerta diakui sebagai 22 bahasa resmi yang ada dalam Jadwal Kedelapan Konstitusi India. Pada 2010, Uttarakhand menjadi negara bagian India pertama yang menetapkan bahasa Sanskerta sebagai bahasa resmi kedua. Selanjutnya sejak 2019, Himachal Pradesh menjadi negara bagian kedua yang menetapkan bahasa tersebut sebagai bahasa resmi kedua.

Penelitian oleh bangsa Eropa

Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai oleh Heinrich Roth (1620–1668) dan Johann Ernst Hanxleden (1681–1731), dan dilanjutkan dengan proposal rumpun bahasa Indo-Eropa oleh Sir William Jones. Hal ini memainkan peranan penting pada perkembangan ilmu perbandingan bahasa di Dunia Barat.

Sir William Jones, pada kesempatan berceramah kepada Asiatick Society of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, berkata:

Memang ilmu linguistik (bersama dengan fonologi, dsb.) pertama kali muncul di antara para tata bahasawan India kuno yang berusaha menetapkan hukum-hukum bahasa Sanskerta. Ilmu linguistik modern banyak berhutang kepada mereka dan saat ini banyak istilah-istilah kunci seperti bahuvrihi dan suarabakti diambil dari bahasa Sanskerta.

Beberapa ciri-ciri

Kasus

Salah satu ciri-ciri utama bahasa Sanskerta ialah adanya kasus dalam bahasa ini, yang berjumlah 8. Dalam bahasa Latin yang masih serumpun hanya ada 5 kasus. Selain itu ada tiga jenis kelamin dalam bahasa Sanskerta, maskulin, feminin dan netral dan tiga modus jumlah, singular, dualis dan jamak:

  1. kasus nominatif
  2. kasus vokatif
  3. kasus akusatif
  4. kasus instrumentalis
  5. kasus datif
  6. kasus ablatif
  7. kasus genetif
  8. kasus lokatif
Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis 
Contoh tulisan Sanskerta.

Di bawah ini disajikan sebuah contoh semua kasus sebuah kata maskulin singular deva (Dewa, Tuhan atau Raja).

Singular:

  1. nom. devas arti: "Dewa"
  2. vok. (he) deva arti: "Wahai Dewa"
  3. ak. devam arti: "ke Dewa" dsb.
  4. inst. devena arti: "dengan Dewa" dsb.
  5. dat. devāya arti: "kepada Dewa"
  6. ab. devāt arti: "dari Dewa"
  7. gen. devasya arti: "milik Dewa"
  8. lok. deve arti: "di Dewa"

Dualis:

  1. nva devau
  2. ida devābhyām
  3. gl devayos

Jamak:

  1. nv devās
  2. a devān
  3. i devais
  4. da devebhyas
  5. g devānām
  6. l deveṣu

Lalu di bawah ini disajikan dalam bentuk tabel.

Skema dasar tasrifan (deklensi) sufiks untuk kata-kata benda dan sifat

Skema dasar tasrifan bahasa Sanskerta untuk kata-kata benda dan sifat disajikan di bawah ini. Skema ini berlaku untuk sebagian besar kata-kata.

Tunggal Dualis Jamak
Nominatif -s
(-m)
-au
(-ī)
-as
(-i)
Akusatif -am
(-m)
-au
(-ī)
-as
(-i)
Instrumentalis -bhyām -bhis
Datif -e -bhyām -bhyas
Ablatif -as -bhyām -bhyas
Genitif -as -os -ām
Lokatif -i -os -su
Vokatif -s
(-)
-au
( -ī)
-as
(-i)

Pokok-a

Pokok-a (/ə/ or /ɑː/) mencakup kelas akhiran kata benda yang terbesar. Biasanya kata-kata yang berakhir dengan -a pendek berkelamin maskulin atau netral. Kata-kata benda yang berakhirkan -a panjang (/ɑː/) hampir selalu feminin. Kelas ini sangatlah besar karena juga mencakup akhiran -o dari bahasa proto-Indo-Eropa.

Maskulin (kā́ma- 'cinta') Netral (āsya- 'mulut') Feminin (kānta- 'tersayang')
Tunggal Dualis Jamak Tunggal Dualis Jamak Tunggal Dualis Jamak
Nominatif kā́mas kā́māu kā́mās āsyàm āsyè āsyā̀ni kāntā kānte kāntās
Akusatif kā́mam kā́māu kā́mān āsyàm āsyè āsyā̀ni kāntām kānte kāntās
Instrumentalis kā́mena kā́mābhyām kā́māis āsyèna āsyā̀bhyām āsyāìs kāntayā kāntābhyām kāntābhis
Datif kā́māya kā́mābhyām kā́mebhyas āsyā̀ya āsyā̀bhyām āsyèbhyas kāntāyai kāntābhyām kāntābhyās
Ablatif kā́māt kā́mābhyām kā́mebhyas āsyā̀t āsyā̀bhyām āsyèbhyas kāntāyās kāntābhyām kāntābhyās
Genitif kā́masya kā́mayos kā́mānām āsyàsya āsyàyos āsyā̀nām kāntāyās kāntayos kāntānām
Lokatif kā́me kā́mayos kā́meu āsyè āsyàyos āsyèu kāntāyām kāntayos kāntāsu
Vokatif kā́ma kā́mau kā́mās ā́sya āsyè āsyā̀ni kānte kānte kāntās

Pokok -i dan -u

pokok-i
Mas. dan Fem. (gáti- 'kepergian') Netral (vā́ri- 'air')
Tunggal Dualis Jamak Tunggal Dualis Jamak
Nominatif gátis gátī gátayas vā́ri vā́riī vā́rīi
Akusatif gátim gátī gátīs vā́ri vā́riī vā́rīi
Instrumentalis gátyā gátibhyām gátibhis vā́riā vā́ribhyām vā́ribhis
Datif gátaye, gátyāi gátibhyām gátibhyas vā́rie vā́ribhyām vā́ribhyas
Ablatif gátes, gátyās gátibhyām gátibhyas vā́rias vā́ribhyām vā́ribhyas
Genitif gátes, gátyās gátyos gátīnām vā́rias vā́rios vā́riām
Lokatif gátāu, gátyām gátyos gátiu vā́rii vā́rios vā́riu
Vokatif gáte gátī gátayas vā́ri, vā́re vā́riī vā́rīi
pokok-u
Mas. dan Fem. (śátru- 'seteru, musuh') Netral (mádhu- 'madu')
Tunggal Dualis Jamak Tunggal Dualis Jamak
Nominatif śátrus śátrū śátravas mádhu mádhunī mádhūni
Akusatif śátrum śátrū śátrūn mádhu mádhunī mádhūni
Instrumentalis śátruā śátrubhyām śátrubhis mádhunā mádhubhyām mádhubhis
Datif śátrave śátrubhyām śátrubhyas mádhune mádhubhyām mádhubhyas
Ablatif śátros śátrubhyām śátrubhyas mádhunas mádhubhyām mádhubhyas
Genitif śátros śátrvos śátrūām mádhunas mádhunos mádhūnām
Lokatif śátrāu śátrvos śátruu mádhuni mádhunos mádhuṣu
Vokatif śátro śátrū śátravas mádhu mádhunī mádhūni

Pokok vokal panjang

Pokok ā (jā- 'kepandaian') Pokok ī (dhī- 'pikiran') Pokok ū (bhū- 'bumi')
Tunggal Dualis Jamak Tunggal Dualis Jamak Tunggal Dualis Jamak
Nominatif jā́s jāú jā́s dhī́s dhíyāu dhíyas bhū́s bhúvāu bhúvas
Akusatif jā́m jāú jā́s, jás dhíyam dhíyāu dhíyas bhúvam bhúvāu bhúvas
Instrumentalis jā́ jā́bhyām jā́bhis dhiyā́ dhībhyā́m dhībhís bhuvā́ bhūbhyā́m bhūbhís
Datif jā́bhyām jā́bhyas dhiyé, dhiyāí dhībhyā́m dhībhyás bhuvé, bhuvāí bhūbhyā́m bhūbhyás
Ablatif jás jā́bhyām jā́bhyas dhiyás, dhiyā́s dhībhyā́m dhībhyás bhuvás, bhuvā́s bhūbhyā́m bhūbhyás
Genitif jás jós jā́nām, jā́m dhiyás, dhiyā́s dhiyós dhiyā́m, dhīnā́m bhuvás, bhuvā́s bhuvós bhuvā́m, bhūnā́m
Lokatif jós jā́su dhiyí, dhiyā́m dhiyós dhīṣú bhuví, bhuvā́m bhuvós bhūṣú
Vokatif jā́s jāú jā́s dhī́s dhiyāu dhíyas bhū́s bhuvāu bhúvas

Hukum sandhi

Selain itu dalam bahasa Sanskerta didapatkan apa yang disebut hukum sandhi, sebuah fenomena fonetik di mana dua bunyi berbeda yang berdekatan bisa berasimilasi.

Pembentukan kata majemuk

Kata-kata majemuk dalam bahasa Sanskerta sangat banyak digunakan, terutama menyangkut kata-kata benda. Kata-kata ini bisa menjadi sangat panjang (lebih dari 10 kata). Nominal majemuk terjadi dengan beberapa bentuk, tetapi secara morfologis mereka sejatinya sama. Setiap kata benda (atau kata sifat) terdapat dalam bentuk akarnya (bentuk lemah), dengan unsur terakhir saja yang ditasrifkan sesuai kasusnya. Beberapa contoh kata benda atau nominal majemuk termasuk kategori-kategori yang diperikan di bawah ini.

  1. Avyayibhāva
  2. Tatpuruṣa
  3. Karmadhāraya
  4. Dvigu
  5. Dvandva
  6. Bahuvrīhi

Bahasa Sanskerta di Indonesia

Bahasa Sanskerta telah lama hadir di Nusantara sejak ribuan tahun lalu, bahkan banyak nama orang Indonesia yang menggunakan nama-nama India atau Hindu (Sanskerta), meskipun tidak berarti bahwa mereka beragama Hindu. Ini karena pengaruh budaya India yang datang ke Nusantara sejak ribuan tahun yang lalu selama pengindiaan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara (Hindu-Buddha), dan sejak itu, budaya India ini dilihat sebagai bagian dari budaya Indonesia, terutama dalam budaya Jawa, Bali, dan beberapa bagian dari Nusantara lainya. Dengan demikian, budaya Hindu atau India yang terkait di Indonesia hadir tidak hanya sebagai bagian dari agama, tetapi juga budaya. Akibatnya, adalah umum untuk menemukan orang-orang Indonesia muslim atau Kristen dengan nama-nama yang bernuansa India atau Sanskerta. Tidak seperti nama-nama yang berasal dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Thai dan Khmer, pengucapan nama-nama Sanskerta dalam bahasa Jawa atau Indonesia mirip dengan pelafalan India asli, kecuali bahwa "v" diubah menjadi "w", contoh: "Vishnu" di India berubah menjadi "Wisnu" jika di Indonesia.

Di kawasan Nusantara khususnya di Indonesia, Bahasa Sanskerta sangat berpengaruh penting dan sangat memiliki peran tinggi di dalam perbahasaan di Indonesia. Bahasa Sanskerta yang masuk ke Indonesia sejak ribuan tahun lalu (masa kerajaan Hindu-Buddha) datang dari India ke Indonesia melalui para kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha pada masa kuno ribuan tahun yang lalu di bumi Nusantara. Sangat banyak kata-kata dalam Bahasa Indonesia yang diserap dari Bahasa Sanskerta, contohnya dari kata "bahasa" भाषा (bhāṣa) itu sendiri berasal dari bahasa sanskerta berarti: "logat bicara". Bahkan, banyak nama-nama lembaga, istilah, moto, dan semboyan di pemerintahan Indonesia menggunakan bahasa Sanskerta, seperti pangkat jenderal di Angkatan Laut Indonesia (TNI AL), menggunakan kata "Laksamana" (dari tokoh Ramayana yang merupakan adik dari Rama). "Penghargaan Adipura" yang merupakan penghargaan yang diberikan kepada kota-kota di seluruh Indonesia dari pemerintah pusat untuk kebersihan dan pengelolaan lingkungan juga menggunakan bahasa Sanskerta yaitu dari kata Adi (yang berarti "panutan") dan Pura (yang berarti "kota), menjadikan arti: "Kota Panutan" atau "kota yang layak menjadi contoh". Ada juga banyak moto lembaga-lembaga Indonesia yang menggunakan bahasa Sanskerta, seperti moto Akademi Militer Indonesia yang berbunyi "Adhitakarya Mahatvavirya Nagarabhakti" (अधिकाऱ्या महत्व विर्य नगरभक्ति), dan beberapa istilah-istilah lain dalam TNI juga menggunakan bahasa Sanskerta, contoh: "Adhi Makayasa", "Chandradimuka", "Tri Dharma Eka Karma", dll.

Bahasa Sanskerta dalam beberapa aksara

Bahasa Sanskerta: Etimologi dan penamaan, Sejarah, Distribusi geografis 
Kalimat Semoga Batara Siwa meraksa para penggemar bahasa Dewata. (Kalidasa) dalam bahasa Sanskerta menggunakan beberapa aksara turunan Brahmi.

Lihat pula

Catatan kaki

Referensi

Daftar pustaka

Daftar pustaka

Tags:

Bahasa Sanskerta Etimologi dan penamaanBahasa Sanskerta SejarahBahasa Sanskerta Distribusi geografisBahasa Sanskerta Penelitian oleh bangsa EropaBahasa Sanskerta Beberapa ciri-ciriBahasa Sanskerta Pembentukan kata majemukBahasa Sanskerta di IndonesiaBahasa Sanskerta dalam beberapa aksaraBahasa Sanskerta Lihat pulaBahasa Sanskerta Catatan kakiBahasa Sanskerta ReferensiBahasa Sanskerta Daftar pustakaBahasa SanskertaAgama BuddhaAksara DewanagariAsia SelatanAsia TengahAsia TenggaraBahasa suciBasantaraDifusi trans-budayaHinduJainRumpun bahasa Indo-AryaRumpun bahasa Indo-EropaZaman Perunggu

🔥 Trending searches on Wiki Bahasa Indonesia:

Daftar stasiun televisi di Jawa TimurAnak SekolahBaliKomando Pasukan KhususBadan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan KemerdekaanTokopediaAli bin Abi ThalibSheila on 7Daftar kabupaten dan kota di Riau1 (angka)Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004Liga Champions UEFA 2012–2013Candi PrambananKomandan Jenderal Komando Pasukan KhususSri Asih (film 2022)Faradina MuftiTitikNoordin Mohammad TopAmicus curiaeLebanonPerang Dunia IDaftar final Piala Champions Eropa dan Liga Champions UEFAPerserikatan Bangsa-BangsaKabupaten Kepulauan MentawaiDaftar negara dengan senjata nuklirAssalamualaikumAzizi AsadelSelat BungoPencak silatDemokrasiCineplex 21 GroupAtalanta BCSejarah komputerPiala J.LeagueC (bahasa pemrograman)Jérémy DokuPenyaliban dan kematian YesusLiga Champions UEFA 2023–2024PornografiKKN di Desa Penari (film)SydneyKota SurabayaJermanLiga Champions AFCKepulauan RiauIan MaatsenOSimbolYusril Ihza MahendraStatistikaDewasaDewa 19Yasmin NapperPanggonan WingitShopeeIrakSuriahMadura United F.C.Daftar film Indonesia tahun 2024Liga Eropa UEFASriwijayaXHamsterTaylor SwiftPradikta WicaksonoSumatera SelatanUniversitas IndonesiaFrans KaisiepoMateo KovačićBobby NasutionZeusThe Origin of SantetIstinjaMuhaimin IskandarRobert LewandowskiKekhalifahan AbbasiyahTata SuryaEllyas Pical🡆 More