Drs.
H. Anwar Ilmar (lahir 5 Maret 1933) adalah seorang birokrat dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta Bidang Kesejahteraan Masyarakat sejak 5 April 1984 hingga 8 Agustus 1991. Sebelum menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anwar merupakan Sekretaris Wilayah Daerah (Setwilda) DKI Jakarta hingga 1984. Setelah tidak lagi menjabat wakil gubernur DKI, Anwar Ilmar berkiprah sebagai anggota DPR RI, dan dipercaya memimpin sebagai Wakil Ketua Komisi II DPR RI.
Anwar Ilmar | |
---|---|
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat | |
Masa jabatan 1 Oktober 1992 – 30 September 1997 | |
Grup parlemen | Karya Pembangunan |
Daerah pemilihan | DKI Jakarta |
Wakil Gubernur DKI Jakarta Bidang Kesejahteraan Rakyat | |
Masa jabatan 5 April 1984 – 14 Agustus 1991 | |
Pendahulu Sardjono Soeprapto | |
Bupati Jayapura ke-1 | |
Masa jabatan 1967–1975 | |
Pendahulu Jabatan dibentuk Pengganti Thontje Meset | |
Bupati Merauke ke-2 | |
Masa jabatan 1963–1966 | |
Pendahulu Suyitno Pengganti G. Darmowidigdo | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Padang, Sumatera Barat, Hindia Belanda | 5 Maret 1933
Suami/istri | Zainar Azis (m. 1962) |
Anak | 4 |
Alma mater | Universitas Gadjah Mada |
Pekerjaan | Birokrat |
Dikenal karena | Wakil Gubernur DKI Jakarta |
Sunting kotak info • L • B |
Di bidang sosial kemasyarakatan, Anwar Ilmar juga pernah aktif sebagai pengurus pada Lembaga Gebu Minang dengan menjabat sebagai Ketua I dibawah Prof. Drs. Harun Zain sebagai Ketua Eksekutif dan Prof. Dr. Emil Salim sebagai Ketua Umum.
Anwar Ilmar dilahirkan di Kota Padang, 5 Maret 1933. Ia anak keenam dari delapan bersaudara. Pada awal Clash II 1946, Padang dikuasai tentara pendudukan Belanda. Ayahnya, Ilam gelar Marah Sutan, membawa istri dan anak-anaknya mengungsi dengan berjalan kaki ke Salayo, Solok. Ayahnya meninggal dunia di sana pada 30 September 1947.
Seperti anak-anak Minang pada masa itu, Anwar belajar di sekolah umum pada siang hari dan belajar agama di malam hari. Ia menyatakan bahwa orang tua pada zaman itu beranggapan bahwa apabila seorang anak belum sekolah agama, maka belum dianggap sekolah.
Awal 1950, Anwar dan keluarganya kembali ke Padang dalam keadaan kesulitan ekonomi. Selain ditinggal wafat ayahnya, toko keluarganya dibakar habis oleh tentara Sekutu. Sekutu menuduh gerilyawan Indonesia bertanggung jawab atas penembakan mati Brigjen Kristison, perwira Inggris, dan membakar 3 kampung di Padang. Untuk bertahan hidup, Anwar mencari uang dengan memanjat cengkih dan menuai padi.
Anwar berjalan kali sejauh lima kilometer pulang pergi untuk mencapai sekolahnya. Suatu ketika, Anwar secara tak sengaja bertemu dengan Wali Kota Padang Zainal Abidin Sutan Pangeran. Setelah pertemuan itu, ia mendapat kabar bahwa uang sekolahnya telah dibayar oleh wali kota.
Anwar menamatkan sekolah rakyat pada 1948 dan sekolah menengah pertama pada 1951. Ketika tamat sekolah menengah atas (SMA) pada 1954, beberapa institusi menawarkan beasiswa kepadanya, di antaranya Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. Ia memilih berkuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas Gadjah Mada dan memperoleh gelar sarjana pada 1961.
This article uses material from the Wikipedia Bahasa Indonesia article Anwar Ilmar, which is released under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 license ("CC BY-SA 3.0"); additional terms may apply (view authors). Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali dinyatakan lain. Images, videos and audio are available under their respective licenses.
®Wikipedia is a registered trademark of the Wiki Foundation, Inc. Wiki Bahasa Indonesia (DUHOCTRUNGQUOC.VN) is an independent company and has no affiliation with Wiki Foundation.