Revolusi Mesir 2011

Berbagai kelompok pemuda turun ke jalan pada tanggal tersebut yang merupakan Hari Polisi sebagai pernyataan menentang kebrutalan polisi yang semakin meningkat selama beberapa tahun terakhir kepresidenan Hosni Mubarak. Aksi protes meliputi demonstrasi, aksi damai, pendudukan alun-alun, perlawanan sipil non-kekerasan, tindakan pembangkangan sipil, dan mogok. Jutaan pengunjuk rasa dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi dan agama menuntut penggulingan Presiden Hosni Mubarak. Bentrokan kekerasan antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa mengakibatkan banyak korban, dengan setidaknya 846 orang tewas dan lebih dari 6.000 orang terluka. Pengunjuk rasa membakar lebih dari 90 kantor polisi sebagai aksi balasan.

Revolusi Mesir 2011
Bagian dari Kebangkitan dunia Arab
Demonstrasi di Tahrir Square, Kairo pada 8 Februari 2011
Tanggal	25 Januari 2011 (2011-01-25) – 11 February 2011 (2 minggu dan 3 hari)
Lokasi	Mesir 30°2′N 31°13′E / 30.033°N 31.217°E / 30.033; 31.217 31°13′E / 30.033°N 31.217°E / 30.033; 31.217
Sebab	Kekejaman aparat Hukum darurat Kecurangan pemilu Sensor politik Korupsi Tingkat pengangguran yang tinggi Inflasi harga bahan pokok Gaji minimum rendah Kliodinamika
Metode	Pembangkangan sipil Pemberontakan sipil Demonstrasi Huru-hara Aksi mogok Aksi bakar diri Aktivisme internet
Status	Berakhir
Konsesi yang diberikan	Digulingkannya Presiden Mubarak dan Perdana Menteri Nazif dan Shafik; Pengambilalihan kekuasaan sementara oleh Angkatan Bersenjata; Konstitusi dibatalkan, Parlemen dibubarkan; Badan Investigasi Keamanan Negara dibubarkan; NDP, bekas partai penguasa Mesir dibubarkan, dan asetnya disita negara. Mubarak dan keluarganya beserta para menterinya diadili.
Jumlah
Protesters Characteristics 2 juta di Lapangan Tahrir, Kairo 750,000 di Alexandria 1 juta di Mansoura dan lainnya
Jumlah korban
Korban tewas 846 (termasuk paling sedikit 135 pemrotes, 12 polisi, 189 tahanan, dan satu kepala penjara) Terluka 6,467 orang Ditangkap 12,000

Keluhan para pengunjuk rasa Mesir berfokus pada masalah hukum dan politik, termasuk kebrutalan polisi, hukum keadaan darurat, kurangnya kebebasan politik, kebebasan sipil, kebebasan berbicara, korupsi, tingginya pengangguran, inflasi bahan makanan, dan upah rendah. Tuntutan utama para pengunjuk rasa adalah berakhirnya rezim Mubarak. Serikat buruh juga melakukan mogok untuk menekan pemerintah. Selama revolusi, situasi di ibu kota, Kairo digambarkan sebagai "kawasan perang", dan kota pelabuhan Suez menjadi tempat seringnya bentrokan kekerasan. Para pengunjuk rasa menolak jam malam yang diberlakukan pemerintah dan aparat keamanan tidak berdaya menegakkan aturan tersebut. Pasukan Keamanan Pusat Mesir yang setia kepada Mubarak digantikan secara bertahap oleh pasukan militer. Dalam kondisi kekacauan, terjadi aksi penjarahan oleh perusuh yang dihasut (menurut sumber oposisi) oleh petugas polisi berpakaian preman.

• Operasi Evakuasi WNI di Mesir