Negara Terbelakang dapat didefinisikan sebagai negara berkembang yang memiliki tingkat pembangunan yang rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya M.L Jhingan (2014).
Umumnya, kondisi tersebut ditandai dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, ketimpangan pendapatan yang besar, pendidikan dan kesehatan yang rendah, infrastruktur yang tidak memadai, serta akses terhadap sumber daya yang terbatas. Paul Hoffman, menggambarkan keadaan suatu negara terbelakang dalam suatu ungkapan sebagai berikut:
"Setiap orang dapat memahami suatu negara terbelakang apabila ia melihatnya"
Negara terbelakang adalah suatu negara yang ditandai oleh kemiskinan, kota yang dipadati oleh pengemis dan penduduk desa yang sulit untuk mencari nafkah di kampung halamannya sendiri. Ia adalah suatu negara yang jarang memiliki suatu industri, sering kali dengan persediaan tenaga dan listrik yang tidak memadai. Negara seperti itu biasanya tidak memiliki jalan raya dan jalan kereta api yang cukup, pemerintah belum dapat memberikan pelayanan yang memadai dan komunikasi yang ada biasanya buruk. Rumah sakit dan lembaga pendidikan tinggi juga sangat sedikit.
Sejarah negara keterbelakangan dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode sebelum abad ke-20 dan periode setelah abad ke-20. Pada periode sebelum abad ke-20, negara keterbelakangan biasanya merupakan negara koloni dari negara maju. Negara-negara koloni tersebut didominasi oleh negara-negara Eropa, seperti Inggris, Prancis, dan Spanyol. Negara-negara koloni tersebut sering kali dieksploitasi oleh negara-negara penjajahnya, sehingga menyebabkan keterbelakangan ekonomi dan sosial. Pada periode setelah abad ke-20, negara keterbelakangan mulai mendapatkan kemerdekaan dari negara-negara penjajahnya. Namun, keterbelakangan ekonomi dan sosial yang telah terjadi selama masa penjajahan masih terus berlanjut. Masa penjajahan telah meninggalkan warisan buruk berupa struktur ekonomi yang tidak seimbang, ketimpangan pendapatan, dan korupsi. Beberapa negara keterbelakangan memiliki kondisi geografis yang sulit, seperti kondisi alam yang tidak bersahabat, atau lokasi yang terisolasi. "Mereka" juga memiliki sistem politik yang tidak stabil atau tidak demokratis, yang menghambat pembangunan ekonomi dan sosial. Dan yang terakhir, banyak dari mereka memiliki struktur ekonomi yang tidak seimbang, dengan sektor pertanian yang dominan dan sektor industri yang kurang berkembang.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi keterbelakangan, baik oleh negara-negara keterbelakangan itu sendiri maupun oleh negara-negara maju yang mencoba mengulurkan tangan. salah satu upaya yang dijadikan pondasi adalah Pembangunan Ekonomi, dimana aspek ini merupakan upaya utama untuk mengatasi keterbelakangan. Pembangunan ekonomi dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan, seperti investasi di sektor industri, peningkatan produktivitas pertanian, dan perbaikan infrastruktur. Selain itu, Pembangunan Sosial juga penting untuk mengatasi keterbelakangan. Pembangunan sosial dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan, seperti peningkatan pendidikan dan kesehatan, perbaikan kualitas sumber daya manusia, dan pemberdayaan masyarakat. Lalu yang terakhir ialah Kerja sama internasional, dimana upaya ini juga dapat membantu negara keterbelakangan dalam mengatasi keterbelakangan. Kerja sama internasional dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti bantuan pembangunan, transfer teknologi, dan pelatihan.
This article uses material from the Wikipedia Bahasa Indonesia article Negara terbelakang, which is released under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 license ("CC BY-SA 3.0"); additional terms may apply (view authors). Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali dinyatakan lain. Images, videos and audio are available under their respective licenses.
®Wikipedia is a registered trademark of the Wiki Foundation, Inc. Wiki Bahasa Indonesia (DUHOCTRUNGQUOC.VN) is an independent company and has no affiliation with Wiki Foundation.