Allah: Kata bahasa Arab untuk menyebut Tuhan

Allah (Arab: اللّٰه, translit: Allāhcode: ar is deprecated , IPA: ⓘ) adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang bisa dimaknai sebagai Tuhan dan bisa juga sebagai nama sembahan.

Saat ini, kata "Allah" juga digunakan oleh umat Muslim untuk menyebut nama Tuhan dalam Islam, sedangkan "Tuhan" dalam bahasa Arab itu sendiri disebut "Rabb" atau "Ilah".

Allah: Etimologi, Penggunaan sebagai kata khusus, Penggunaan sebagai kata serapan
kata 'Allah' dalam kaligrafi.

Nama Allah telah digunakan oleh bangsa Arab sejak masa sebelum hadirnya agama Islam. Pada masa dahulu, kata tersebut digunakan bersamaan dengan kata al-lah. Lalu nabi Islam Muhammad menyebut kata Allah untuk sebagai nama dan citra Tuhan dalam Islam, dan menjadi pedoman untuk umat Muslim di seluruh dunia hingga saat ini. Umat Kristen Arab juga memakai kata Allah untuk menyebutnya sebagai sosok ilahi. Saat ini, kata Allah juga digunakan dalam pengertian yang mirip, meskipun tidak secara khusus, oleh penganut Babisme, penganut Baháʼí, penganut Mandean, umat Kristen Indonesia dan Malta, umat Yahudi Sefardi dan Yahudi Mizrahi. Umat Sikh dan umat Kristen Malaysia juga menggunakannya, meskipun hal tersebut menyebabkan permasalahan politik dan hukum.

Etimologi

Etimologi dari kata Allāh telah dibahas secara luas oleh para filolog Arab klasik. Ahli tata bahasa dari aliran Basra menganggapnya sebagai salah satu yang dibentuk secara spontan (murtajal) atau sebagai bentuk lāh (dari akar kata bahasa lyh dengan makna luhur atau tersembunyi). Yang lain berpendapat bahwa itu dipinjam dari bahasa Syria atau Ibrani, tetapi sebagian besar menganggapnya berasal dari kontraksi kata Arab itu sendiri yang menggabungkan kata al- (sang) dan ilāh (sesembahan) menjadi al-lah yang berarti Sang Sesembahan atau Tuhan. Mayoritas sarjana modern dengan skeptis meyakini teori yang terakhir, dan melihat kemungkinan kata ini merupakan pinjaman.

Akademisi lain ada yang menyatakan nama Allāh ini ada dalam bahasa-bahasa Semit lainnya, termasuk bahasa Ibrani dan Aram yang beasal dari dewa Kanaan, El. Bentuk bahasa Aram yang sesuai adalah Elah (אלה), tetapi bentuk empatiknya adalah Elaha (אלהא). Kata tersebut ditulis sebagai ܐܠܗܐ (ʼĔlāhā) dalam bahasa Aram Alkitab dan ܐܲܠܵܗܵܐ (ʼAlâhâ) dalam bahasa Suryani sebagaimana digunakan oleh Gereja Suriah Timur, keduanya berarti Tuhan.

Penggunaan sebagai kata khusus

Arab-pra Islam

Variasi dari kata Allah ditemukan di prasasti Kristen dan era pra-Islam. Beberapa teori yang berbeda muncul mengenai peran Allah dalam kultus politeisme pra-Islam. Beberapa penulis menyebut bahwa orang-orang Arab politeistik menggunakan nama Allah ini sebagai referensi kepada dewa tertinggi dari jajaran mereka. Istilah ini ada dalam fakta dan sejarah agama pagan asli Mekkah. Menurut satu hipotesis, dari peneliti Julius Wellhausen, kata Allah walaupun disebutkan merujuk sosok Tuhan yang dikenal oleh Abraham dalam agama Yahudi, Samaria dan Kristen, yang dalam Islam serupa dengan sosok Nabi Ibrahim As. Namun saat itu disalah gunakan oleh para penganut agama pagan suku Quraisy dan suku sekitar dari bangsa Arab untuk merujuk dewa tertinggi (paganisme, penyembahan berhala). Dimana pada saat itu adalah sebutan yang mentahbiskan superioritas Hubal (Dewa Bulan, dewa tertinggi Quraisy) atas dewa-dewa lainnya. Namun, ada juga bukti bahwa Allah dan Hubal adalah dua dewa yang berbeda. Dimana Allah adalah Tuhan yang dikenal oleh garis agama Abrahamik yakni Yahudi, Samaria dan Kristen di masa itu. Dan secara fakta sejarah serta arkeologi yang ditemukan, suku-suku Arab pra Islam menyembah Hubal dengan sebutan Allah juga seperti yang terindikasi tertuang dalam kitab suci islam yaitu Al-Quran, surah An-Najm ayat 19 dan 20. Lalu dengan kemunculan agama Islam, Ka'bah pertama kali ditahbiskan kepada dewa tertinggi bernama Allah (sebutan lain Tuhan dari Yahudi, Samaria dan Kristen) dan kemudian menjadi tuan rumah dari jajaran suku Quraisy setelah penaklukan mereka atas Mekkah, era Muhammad. Beberapa prasasti tampaknya menunjukkan bahwa Allah sudah lama ada sebelum Yahudi, Samaria, Kristen dan Islam hadir di wilayah jazirah Arab dimana kata Allah itu merujuk kepada Tuhan yang di dewakan saat itu. tetapi belum diketahui banyak atau misteri di zaman itu tentang mengapa bisa penggunaan dan pengkultusan menjadi seperti itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa Allah mungkin telah mewakili dewa pencipta dimana superioritasnya melebihi nama-nama dewa-dewa lokal yang lebih khusus. Ada ketidaksepakatan tentang apakah Allah memainkan peran utama dalam praktik pemujaan agama di Mekkah. Sementara, nama ayah Muhammad sendiri adalah ʿAbd-Allāh yang berarti "pelayan Allāh". Ini menunjukkan bahwa penyembahan terhadap Allah sebagai dewa paganisme itu memang ada sebelum Islam muncul atau Muhammad lahir.

Kristen

Sebagian Kristen Arab saat ini tidak memiliki kata lain untuk "Tuhan" selain dari kata "Allah". Kata Allah dalam tradisi Kristen Asyria (Church of the east) di Mesopotamia (sekarang Iraq) juga digunakan daalam liturgi berbahasa Arab. Demikian juga Gereja Syria dan Koptik Mesir yang sama-sama telah menyebar sejak abad 1, semenjak Yesus mengutus para murid-Nya ke berbagai daerah. Bahkan keturunan bahasa Arab yang berbahasa Malta, menggunakan kata Allah untuk "Tuhan" meskipun hampir seluruh populasi Malta adalah pemeluk agama Katolik Roma.

Orang Kristen Arab, menggunakan istilah Allāh al-ab (الله الأب) untuk Allah Bapa, Allāh al-ibn (الله الابن) untuk Allah Anak, dan Allāh al-rūḥ al-quds (الله الروح القدس) bagi Allah Roh Kudus di dalam banyak ritual Tradisi Gereja. Contoh tradisi Tanda Salib berdoa, memasuki ruang ibadah, dan juga pembaptisan. mereka juga menciptakan bismillāh mereka sendiri di awal abad ke-8 di mana Islam mengadopsi bismillāh berbunyi: "Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Sedangkan Bismillāh Trinitias berbunyi: "Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Satu Tuhan." Doa Syria, Latin, dan Yunani tidak memiliki kata "Satu Tuhan" di akhir. Penambahan ini dibuat untuk menekankan aspek monoteistik dari keyakinan Trinitarian dan juga untuk membuatnya lebih familiar di kalangan Muslim.

Beberapa temuan arkeologi telah mengarah pada penemuan prasasti pra-Islam kuno dan makam yang dibuat oleh orang Kristen Arab di reruntuhan gereja di Umm el-Jimal di Yordania Utara, yang berisi referensi kata-kata Allah. Beberapa kuburan berisi nama-nama seperti "Abd Allah" yang berarti "hamba/pelayan Allah". Nama Allah dapat ditemukan berkali-kali dalam laporan dan daftar nama-nama para martir Kristen di Arab Selatan, seperti yang dilaporkan oleh dokumen-dokumen Syriac antik tentang nama-nama para martir dari era kerajaan Himyarite dan Aksumite. Seorang pemimpin Kristen bernama Abd Allah ibn Abu Bakar bin Muhammad menjadi martir di Najran pada tahun 523, karena ia mengenakan cincin yang mengatakan "Allah adalah Pemilikku". Dalam sebuah prasasti martyrion Kristen pada tahun 512 M, referensi untuk Allah dapat ditemukan dalam bahasa Arab dan Aram, yang memanggilnya "Allah" dan "Alaha", dan tulisan dimulai dengan pernyataan "Dengan Pertolongan Allah".

Dalam Injil pra-Islam, nama yang digunakan untuk Tuhan adalah "Allah", sebagaimana dibuktikan oleh beberapa versi bahasa Arab Perjanjian Baru yang ditemukan oleh orang-orang Kristen Arab selama era pra-Islam di Arabia Utara dan Selatan. Namun demikian dalam penelitian terbaru di area Study Islam ini, contohnya oleh Sydney Griffith (2013), David D. Grafton (2014), Clair Wilde (2014) & ML Hjälm dan lainnya (2016 & 2017) menyatakan bahwa: "yang bisa dikatakan tentang kemungkinan Injil Kristen dalam bahasa Arab adalah bahwa belum ada tanda-tanda keberadaannya atau sebenarnya kata ini belum muncul".

Orang-orang Kristen Arab pra-Islam dilaporkan telah meneriakkan pekikan "Ya La Ibad Allah" (Wahai hamba-hamba Allah) untuk saling mengundang sesama dalam sebuah pertempuran. "Allah" juga disebutkan dalam puisi Kristen pra-Islam oleh beberapa penyair Ghassanid dan Tanukhid di Suriah dan Arabia Utara. Selain itu ML Hjälm dalam penelitian terbarunya (2017) menyatakan bahwa "manuskrip yang berisi terjemahan Injil ditemukan paling awal tahun 873"

Irfan Shahid mengutip koleksi ensiklopedia abad ke-10 Kitab al-Aghani mencatat bahwa orang-orang Kristen Arab pra-Islam diketahui telah mengangkat seruan perang "Ya La Ibad Allah", artinya Wahai hamba Allah mari kita terjun berperang. Menurut Shahid, bagi sarjana Muslim abad ke-10 Al-Marzubani, "Allah" juga disebutkan dalam puisi Kristen pra-Islam oleh beberapa penyair seperti Ghassanid dan Tanukhid di Suriah dan Arab Utara.

Islam

Dalam konsep Islam, Allah (bahasa Arab: الله) adalah nama Tuhan, dan diyakini sebagai Dzat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.

Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. “Sesungguhnya aku Allah, tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali aku. Maka sembahlah aku dan dirikan shalat untuk mengingatku”. (Q.S Thoha 14). Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).

Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di mana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.” Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya seperti Kristen dan Yahudi..

Penggunaan sebagai kata serapan

Arab

Kata "Allah" sudah digunakan bangsa Arab semenjak zaman pra-Islam. Umat berbagai agama samawi yang menuturkan bahasa Arab sama-sama menggunakan kata "Allah" sebagai sebutan bagi Sembahan/Ilah menurut keyakinan masing-masing. Sebagian umat Kristen Arab sekarang ini juga memakai kata "Allah" untuk Tuhan, ada yang meyakininya sebagai nama dewa atau nama sembahan umat Islam. Sebagai contoh, umat Kristen Arab memakai istilah Allahul Ab (الله الأب) untuk Allah Bapa, Allahul Ibin (الله الابن) untuk Allah Anak/Putra, dan Allahur Ruhul Quds (الله الروح القدس) untuk Allah Roh Kudus.

Indonesia dan Malaysia

Allah: Etimologi, Penggunaan sebagai kata khusus, Penggunaan sebagai kata serapan 
Kamus Belanda-Melayu pertama yang disusun A.C. Ruyl, Justus Heurnius, dan Caspar Wiltens (terbit tahun 1650) mencantumkan kata "Allah" sebagai padanan kata Belanda "Godt"

Umat Kristen di Indonesia dan Malaysia menggunakan kata "Allah" sebagai terjemahan kata bahasa Ibrani Elohim (אֱלֹהִים, elohím) dan kata-kata serupa di Perjanjian Lama serta kata bahasa Yunani Theos (θεός, theós) dan kata-kata serupa di Perjanjian Baru pada Alkitab-Alkitab terjemahan bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia (keduanya merupakan bentuk baku dari bahasa Melayu dan bahasa resmi di negara terkait), terutama dalam Alkitab Terjemahan Baru yang dipakai oleh Gereja-Gereja denominasi Kristen arus utama (termasuk Gereja Katolik) di Indonesia. Pelafalannya juga menggunakan pelafalan [ˈʔalah] (seperti mengucapkan "alah") alih-alih pelafalan [ʔɑɫːɑːh].

Perlu dicatat bahwa kata "Tuhan" sendiri digunakan sebagai terjemahan untuk kata Ibrani Adonai (אֲדֹנָי, ăḏônāy) dan kata-kata serupa di Perjanjian Lama serta kata Yunani Kirios (κῡ́ρῐος, kū́rios) dan kata-kata serupa di Perjanjian Baru; sedangkan kata "TUHAN" untuk menerjemahkan nama Yahweh (יהוה, YHWH, Tetragrammaton) dan nama-nama serupa di Perjanjian Lama.

Sejarah penggunaan kata "Allah" di tengah kalangan umat Kristen Indonesia dapat ditelusuri jauh pada waktu masuknya Kekristenan di Nusantara, terutama pada penggunaan kata tersebut oleh Fransiskus Xaverius saat menerjemahkan nas-nas Alkitab ke dalam bahasa Melayu pada abad ke-16. Di dalam kamus bahasa Belanda–Melayu pertama yang disusun Albert Cornelius Ruyl, Justus Heurnius, dan Caspar Wiltens pada tahun 1650, kata "Allah" dicantumkan sebagai padanan kata Belanda Godt.

Albert Cornelius Ruyl, seorang pedagang Belanda yang juga ikut menyusun kamus bahasa Belanda–Melayu tersebut, menerjemahkan Alkitab ke Bahasa Melayu pada tahun 1962. Di dalam terjemahannya ini sudah memuat nama Allah. Saat itu, bahasa yang dipakai adalah Bahasa Melayu, sebagai bahasa perantara (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Kata "Tuhan" belumlah digunakan. Buku pertama yang memberi keterangan tentang hubungan kata tuan dan Tuhan adalah Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ pada tahun 1976. Menurut buku tersebut, arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu tuan yang berarti atasan/penguasa/pemilik. Jadi yang terjadi pada umat Kristen di Nusantara dulu seperti yang terjadi pada umat Kristen di Arab, mereka hanya mengenal kata Allah sebagai pengganti kata Yunani "Theos".

Kontroversi di Indonesia

Proses penerjemahan Alkitab yang dimulai sejak abad ke-17 oleh pihak Hindia Belanda diambil alih oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang mulai berdiri secara resmi pada 9 Februari 1954. Versi terjemahan LAI yang dipakai saat ini adalah Terjemahan Baru yang sudah diselesaikan sejak 1974. Dalam perjalanan waktu, pemerintah pusat menerbitkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang menjadi pedoman definisi kata atau istilah yang mulai terbit pada tahun 1988. Di dalam KBBI, makna kata "Allah" dicatatkan menjadi sebuah nama bukan jabatan. Allah adalah nama Tuhan dalam Bahasa Arab atau merujuk kepada pujaan umat Muslim. Hal inilah menjadi titik mula perdebatan penggunaan Allah untuk kalangan umat Kristen Indonesia.

Walaupun KBBI edisi I sudah mulai memuat makna kata Allah yang berbeda dengan kata Tuhan pada tahun 1988, Alkitab-Alkitab bahasa Indonesia tetap memakai kata Allah untuk menerjemahkan kata El/Eloah/Elohim (Ibrani) dan kata Theos (Yunani) sampai saat ini. TB LAI juga merekam kata-kata ALLAH (semua huruf besar) dan allah (semua huruf kecil) selain kata Allah. Sarjana sastra banyak menyoroti LAI karena terjemahannya tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.

Di lain pihak, kontroversi di kalangan Kristen di Indonesia terkait kata Allah diperparah oleh adanya Gerakan Nama Suci (yang dibentuk di dalam Church of God (Seventh-Day) di Amerika Serikat sekitar tahun 1930-an) di Indonesia. Gerakan tersebut masuk ke Indonesia secara bergelombang, dimulai sekitar 1970-an oleh dua orang pendeta di Yogyakarta. Kemudian tahun 1980-an dipelopori oleh rohaniwan Kristen yang murtad dari Islam, mereka mendirikan Yayasan Nehemia pada tahun 1987. Mereka banyak menginjili umat Muslim dengan mengajarkan bahwa Allah adalah nama Dewa Arab bukan nama Tuhan sejati dalam buku Siapakah yang Bernama Allah itu? Pengikut Gerakan Nama Suci terus menggaungkan bahwa pengucapan kata Allah bisa berujung pada penyembahan berhala. Maka kontroversi nama Allah di Indonesia ini semakin ramai terjadi.

Ada banyak pihak menuntut LAI agar merevisi terjemahan mereka. Bukan hanya kalangan Kristen, pihak Muslim juga mengambil inisiatif untuk menegur LAI serta Bimas Kristen di bawah Departemen Agama. Isi kedua surat tersebut pada intinya adalah:

  1. Allah adalah nama sesembahan Umat Muslim;
  2. Meminta menarik Alkitab yang mencatat nama Allah dari peredaran;
  3. Meminta menegur keras gereja-gereja yang masih memakai nama Allah;
  4. Meminta menegur para rohaniawan Kristen yang masih menggunakan nama Allah juga.
  5. dan LAI mengambil istilah bahasa arab yang lainnya (contoh: rosul, al kitab, nabi, dan lainnya).

Pihak LAI sempat dituntut ke pengadilan, tetapi tuntutannya dibatalkan oleh hakim. Banyak gereja yang mengambil posisi untuk membela LAI. Perdebatan nama Allah ini, meskipun telah surut, masih terjadi baik di forum terbuka maupun melalui jaringan online sampai saat ini. Pengikut Gerakan Nama Suci pada tahun 2007 menerbitkan Alkitab "Indonesian Literal Translation" dan sampai sekarang sudah tersebar di banyak kalangan Kristen yang tidak lagi menyebut nama Allah dalam pengajaran dan peribadatan mereka.

Kontroversi di Malaysia

Pada tahun 2007, Pemerintah Malaysia melarang pemakaian kata "Allah" di luar konteks Islam. Larangan ini dibatalkan Mahkamah Tinggi Malaysia pada tahun 2009 karena dinilai inkonstitusional. Meskipun sudah lebih dari empat abad umat Kristen Malaysia menggunakan kata "Allah" untuk menyebut Sang Sembahan dalam bahasa Melayu, kontroversi baru muncul sesudah kata "Allah" dipakai di dalam The Herald, koran Katolik Malaysia. Pemerintah mengajukan banding, dan Mahkamah Agung menangguhkan implementasi pembatalan tahun 2009 sampai sidang gelar perkara dilaksanakan. Pada bulan Oktober 2013, Mahkamah Tinggi mengesahkan larangan pemerintah tahun 2007. Pada awal tahun 2014, Pemerintah Malaysia menyita lebih dari 300 Alkitab yang menggunakan kata "Allah" sebagai sebutan bagi Sembahan Kristen di Semenanjung Malaka. Kebijakan ini tidak berlaku di Negara Bagian Sabah dan Negara Bagian Sarawak, baik karena kata "Allah" sudah lama dipakai umat Kristen di kedua negara bagian tersebut, maupun karena Alkitab yang menggunakan kata "Allah" sudah bertahun-tahun beredar bebas tanpa pembatasan di Malaysia Timur. Menanggapi kritik-kritik yang disuarakan sejumlah media massa, Pemerintah Malaysia mengeluarkan "10 butir solusi" demi mencegah timbulnya informasi yang simpang-siur dan menyesatkan. Sepuluh butir solusi tersebut sejalan dengan semangat Perjanjian 18 Perkara Sarawak dan Perjanjian 20 Perkara Sabah.

Referensi

Tags:

Allah EtimologiAllah Penggunaan sebagai kata khususAllah Penggunaan sebagai kata serapanAllah ReferensiAllah Bacaan lanjutanAllahBahasa ArabBantuan:IPA/Bahasa ArabBerkas:Ar-Allah.ogaIlahiMuslimRabbTuhanTuhan dalam Islam

🔥 Trending searches on Wiki Bahasa Indonesia:

Prasasti TuguKhalid BasalamahAgak LaenDaftar stasiun televisi di IndonesiaPulau NatalIndonesiaBorneo F.C. SamarindaTikTokFreeport IndonesiaSejarah Nusantara pada era kerajaan IslamHTTPSErick ThohirJenderalLinkedInSiti Hardijanti RukmanaHeru Budi HartonoPersis SurakartaAghniny HaqueMangkunegara XRio HaryantoMahkamah Agung Republik IndonesiaYandex SearchSoehartoAtmosfer BumiDani AlvesMalukuGelar kebangsawanan EropaFilmJacob Rothschild, 4th Baron RothschildAl-Hilal SFCAgus SubiyantoDidit HediprasetyoTata SuryaKementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik IndonesiaBadan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan KemerdekaanDina LorenzaLion Air Penerbangan 610BumiGerakan propaganda Jepang 3AOksigenBom Bali 2002Kerajaan BumiDaftar istilah militer Tentara Nasional IndonesiaLaosPertempuran Medan AreaBelandaPapua TengahDarjah Utama Bakti Cemerlang (Tentera)Konferensi Meja BundarEMagisterMahfud MDPutri PatriciaNusa Tenggara TimurBahlil LahadaliaUtsman bin AffanGubernur Daerah Khusus Ibukota JakartaBasmalahKKN di Desa Penari (film)Presiden IndonesiaDeddy SuryadiChairil AnwarDaftar kecabangan TNI Angkatan DaratGelar akademikUniversitas IndonesiaAhmad DhaniAhmed Zaki IskandarFatmawatiPanitia Persiapan Kemerdekaan IndonesiaBhayangkara Presisi Indonesia F.C.Partai Nasional IndonesiaSumpah PemudaSayuti MelikJawa TengahNatrium hidroksidaKesultanan GowaHarimauBangladesh🡆 More