Gusti Jamhar Akbar: Seniman Indonesia

Gusti Jamhar Akbar (7 November 1942 – 28 Februari 2021) adalah seniman Indonesia, khususnya dalam bidang seni bertutur, yakni Lamut.

Gusti Jamhar Akbar
Gusti Jamhar Akbar: Seniman Indonesia
Lahir(1942-11-07)7 November 1942
Jepang Alalak
Meninggal28 Februari 2021(2021-02-28) (umur 78)
Banjarmasin
Pekerjaanseniman
Suami/istriNur Asia (Chen Kwan Chen)
AnakNur Aina
Ruwaida
Mahrita
Pansurna
Aminin
Mursalin
Orang tuaRaden Rosmono (ayah)
Gusti Ardiani (ibu)

Dialah seniman yang sampai sekarang setia balamut (memainkan seni lamut). Jamhar menjadi pelamutan (orang yang menyampaikan cerita lamut) sejak umur 10 tahun. Ia menekuni kesenian ini selama 54 tahun. Kepandaian balamut dia dapatkan karena sejak kecil selalu diajak bapaknya bermain lamut.

Dalam keluarga Jamhar, kesenian ini diwariskan secara turun-temurun. Dia adalah keturunan keempat. Pertama kesenian lamut dikuasai oleh datunya (buyut), Raden Ngabe Jayanegara dari Yogyakarta. Raden Ngabe belajar lamut saat menjadi utusan Kerajaan Banjar yang bertugas di Amuntai, kini ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Masa keemasan Jamhar mulai tahun 1960-an hingga 1985-an. Saat itu, setiap kali ia memainkan lamut, penonton berdesakan. Mereka tak beranjak semalam suntuk mendengarkan kisahnya. Pada masa itu hampir setiap malam ia diundang warga untuk balamut. Undangan tak hanya di Kalsel, tetapi dia berlamut sampai ke Jakarta, Surabaya, dan beberapa kota di Kalimantan Tengah.

Pada masa itu Jamhar hanya bisa istirahat pada malam jumat. Cerita lamut yang dibawakan Jamhar bisa dimainkan bersambung selama 27 malam. Cerita dia kembangkan berdasarkan perjalanan hidupnya.

Belakangan ia hanya balamut untuk satu malam, selama sekitar lima jam. Dalam balamut, ia sisipkan pesan moral, kritik, dan saran. "Kini yang mengundang lamut sudah jarang, sebulan paling banyak tiga," tutur pelamutan yang pernah menerima honor Rp 1 juta setiap sekali main ini.

Di Banjarmasin, selain Jamhar, Gusti Nafsiah yang tinggal di Kampung Melayu juga bermain teater tutur ini. Nafsiah pernah ikut dengan Jamhar sebelum bermain sendiri.

Seni lamut bisa dikatakan bernasib malang karena kini di ambang punah. Satu per satu pelamutan meninggal dunia, sementara proses pewarisan dan regenerasi kesenian itu mandek. Seni berkisah itu juga semakin ditinggalkan karena generasi muda tak lagi tertarik memainkannya. Karena itulah, meski sudah tua, Jamhar terus memainkan lamut di Radio Republik Indonesia (RRI) Banjarmasin, setiap Jumat malam. Kegiatan ini ia jalani dalam dua tahun terakhir. Sebelumnya, Jamhar juga balamut di Radio Nirwana, Banjarmasin, selama enam tahun.

Jamhar mengibaratkan lamut sebagai anak tiri yang tersisihkan. Pada 1982 di Kalsel ada 112 pelamutan. Kala itu, Jamhar, yang berusia 40 tahun, termasuk pelamutan muda. Kini, tak ada organisasi atau lembaga yang peduli kepada lamut, apalagi membina munculnya pelamutan baru.

Lamut semakin meredup seiring masuknya berbagai musik modern. "Lamut makin ditinggalkan orang setelah karaoke sampai ke desa-desa. Di Banjarmasin hanya saya dan Gusti Nafsiah. Salah satu anak saya masih malu memainkannya," ucapnya. "Hanya satu-dua jam saya balamut. Warga harus tahu lamut masih ada. Kesenian ini sangat berharga bagi Kalsel," kata Jamhar yang mendapat honor siaran Rp 350.000 per bulan.

Kehidupan pribadi

Kehidupan Kai Jamhar, panggilan Gusti Jamhar Akbar, memang sederhana. Pria berbadan kurus ini tinggal di permukiman padat. Untuk sampai ke rumahnya di Gang Mujahid Aman, Kelurahan Alalak Selatan, Kecamatan Banjar Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, orang harus jalan perlahan karena hanya bisa dilewati satu sepeda motor.

Di rumah kayu itu tak ada meja makan. Jamhar menerima tamu dengan duduk di lantai di ruang tamu. Maklum, kursi tamu plastik yang tersedia hanya dua. Di ruang itu terpasang foto Raden Rosmono, bapaknya, serta tiga piagam penghargaan yang diterima Jamhar. Kondisi yang kontras dengan peran besarnya dalam pelestarian kesenian tradisional Kalsel.

Lamut juga digemari warga keturunan Tionghoa di Banjarmasin. Mereka kerap minta lamut dimainkan saat hendak sembahyang di Pulau Kembang di tengah Sungai Barito di Banjarmasin.

"Mereka gemar mendengar cerita Bujang Maluwala karena ada kisah perkawinan dengan orang China," kata Jamhar yang beristri keturunan China dan penggemar lamut juga.

Referensi

Tags:

🔥 Trending searches on Wiki Bahasa Indonesia:

Zita AnjaniTanda titik duaAngga Aldi YunandaDetik.comDaur biogeokimiaMolaKometSejarah Indonesia (1945–1949)RusiaArtikelVoice of AmericaKerajaan KalinggaZona waktu IndonesiaFilm pornoKim So-hyunMerkuriusAngklungAgus Harimurti YudhoyonoBabe CabiitaBaratSuku BetawiMagic 5Papua NuginiSurindro SupjarsoRocky GerungTaiwanAsnawi MangkualamSaturnusJuventus F.C.Final Liga Champions UEFA 2024Liga 1 (Indonesia) 2023–2024Dua Hati BiruGeminiIsraelSon Heung-minParto PatrioSoemitro DjojohadikoesoemoProliga Putri 2024Andika PerkasaMuhammad FerarriPaulus dari TarsusBhinneka Tunggal IkaMa'ruf AminPratama ArhanHarimauPersija JakartaSumpah PemudaSejarah InternetScratch (bahasa pemrograman)Rizky RidhoSoedirmanKAgus SalimRed SparksNawawi al-BantaniStadion Jassim bin HamadNarutoKepulauan Bangka BelitungAl-Qur'anDaerah Khusus Ibukota JakartaManchester United F.C.Unsur kimiaSimon McMenemyTarumanagaraPerpanjangan waktu (sepak bola)0 (angka)Sunan KudusDaftar film Indonesia terlaris sepanjang masaXVideosPencak silatBGampang CuanMuhammadTenggelamnya RMS TitanicSistem informasiAhmad Luthfi🡆 More