Aksara Kawi: Aksara Jawa kuno

Aksara Jawa Kuno atau Aksara Kawi (dari bahasa Jawa Kuno: kawi, yang berarti pujangga, penyair; mahir dalam mengubah puisi) adalah aksara historis yang terutama ditemukan di Pulau Jawa dan digunakan di sebagian besar wilayah Asia Tenggara antara abad ke-8 hingga ke-16.

Aksara Kawi
𑼒𑼮𑼶
Aksara Kawi: Ciri-ciri, Riwayat, Huruf
Jenis aksara
BahasaJawa Kuno, Sunda Kuno
Periode
abad ke-8 hingga 16
Aksara terkait
Silsilah
Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Dari aksara Brahmi diturunkanlah:
Aksara turunan
Aksara Buda
Aksara kerabat
Bali
Batak
Baybayin
Bugis
Incung
Jawa
Lampung
Makassar
Rejang
Sunda
 Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Bukti tertua mengenai bentuk awal aksara Kawi adalah prasasti Plumpungan tahun 750 Masehi yang berasal dari Salatiga, Jawa Tengah. Aksara Kawi juga ditemukan di luar Pulau Jawa seperti Bali, Sumatra, Semenanjung Malaya, dan Filipina.

Meskipun tidak ditemukan petunjuk yang eksplisit, aksara Kawi merupakan pendahulu bagi aksara-aksara di Nusantara yang lebih modern, seperti aksara Jawa, aksara Bali dan aksara Sunda.

Ciri-ciri

Aksara Kawi menerapkan sistem penulisan abugida. Tiap hurufnya merepresentasikan sebuah suku kata dengan vokal /a/ yang dapat diubah dengan penggunaan tanda baca. Aksara ditulis tanpa spasi (scriptio continua). Aksara Kawi memiliki sekitar 47 huruf, tetapi terdapat sejumlah huruf yang bentuk dan penggunaannya tidak diketahui pasti karena sedikitnya contoh yang ditemukan dalam prasasti bertulis Kawi.

Sejumlah tanda baca mengubah vokal (layaknya harakat pada abjad Arab), dan menambahkan konsonan akhir. Beberapa tanda baca dapat digunakan bersama-sama, tetapi tidak semua kombinasi diperbolehkan. Tanda baca teks termasuk koma, titik, serta tanda untuk memulai dan mengakhiri bagian-bagian teks.

Aksara Kawi: Ciri-ciri, Riwayat, Huruf 
Suku kata /ka/ ditulis dengan satu huruf. Tanda baca mengubah, menambah, atau menghilangkan vokal suku kata tersebut. Huruf mempunyai bentuk subskrip untuk menulis tumpukan konsonan.

Aksara Kawi memiliki huruf subskrip yang digunakan untuk menulis tumpukan konsonan, setara dengan pasangan dalam aksara Jawa dan pangangge dalam aksara Bali. Namun beberapa inskripsi aksara Kawi tidak menggunakan pasangan dalam penulisannya, seperti prasasti pada Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Berikut contoh penulisan aksara Kawi dengan sampel teks dari Kakawin Ramayana:

Aksara Kawi: Ciri-ciri, Riwayat, Huruf 
Jahnī yāhning talaga kadi langit (air telaga jernih bagaikan langit). Cuplikan dari Kakawin Ramayana, 16.31, (Bhramara wilasita)

Riwayat

Aksara Kawi berasal dari aksara Pallawa yang mengalami pengubahan bentuk huruf, diperkirakan terjadi pada abad ke-8. Aksara Pallawa itu sendiri merupakan turunan aksara Brahmi dan berasal dari daerah India bagian selatan. Aksara Pallawa ini menjadi induk semua aksara daerah di Asia Tenggara (mis. aksara Thai, aksara Batak, dan aksara Burma).

Perbedaan terpenting antara aksara Pallawa dan aksara Kawi adalah:

  • Aksara Kawi memiliki vokal e pepet dan vokal e pepet panjang, sedangkan aksara Pallawa tidak memiliki vokal e pepet atau vokal e pepet panjang.
  • Aksara Kawi cukup sering menggunakan tanda virama untuk menghilangkan vokal pada huruf konsonan, sedangkan aksara Pallawa biasanya hanya menggunakan virama di akhir kalimat atau di akhir bait.
  • Aksara Kawi memiliki bentuk karakter berbeda dibandingkan dengan aksara Pallawa, walaupun beberapa huruf masih ada kemiripan.

Khazanah Kawi diperoleh terutama dari inskripsi (batu maupun logam). Namun demikian, banyak juga naskah-naskah tulisan sastra yang menggunakan aksara ini di atas lembaran lontar, yang mengalami perubahan secara perlahan sesuai dengan proses penyalinan dari masa ke masa. Semenjak abad ke-16, praktis aksara Kawi menjadi aksara historis yang tidak dipakai sehar-hari dan digantikan dengan aksara hanacaraka dan juga abjad Arab (pegon).

Periodisasi

Aksara Kawi tidaklah homogen, baik bentuk maupun pengejaannya. Ini terjadi karena panjangnya masa penggunaan (tujuh abad) serta latar belakang sastra penulisnya. Pengenalan terhadap gaya penulisan sesuai periode ini membantu para epigraf dan arkeolog dalam menentukan kronologi dokumen yang memuat tulisan tersebut. J. G. de Casparis (1975) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan aksara Kawi[butuh rujukan], yaitu:

Perkembangan

Aksara Kawi, terutama dari periode Majapahit, dianggap sebagai induk aksara Jawa Modern dan aksara Bali. Modifikasi ini menyesuaikan dengan perubahan bunyi yang terjadi pula dalam bahasa yang bersangkutan.

Kebutuhan pendidikan dan akademik mendorong pengajuan modernisasi aksara Kawi dengan mengusulkannya untuk mendapatkan kode Unicode.


Huruf

Tabel aksara Kawi di bawah merupakan tabel dengan bentuk huruf berdasarkan bentuk huruf standar dari abad ke-8 hingga 10. Perbandingan bentuk huruf selama perkembangan aksara Kawi dapat dilihat di Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten (Holle, 1882).
Aksara Kawi: Ciri-ciri, Riwayat, Huruf  Aksara Kawi: Ciri-ciri, Riwayat, Huruf 

Galeri

Lihat pula

Catatan

Referensi

Bacaan lanjutan

  • Brandes, J. L. A., 1889, Een Oud-Javaansch Alphabet van Midden Java, in Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, 1889, Vol. XXXII.
  • De Casparis, J. G., 1975, Indonesian Palaeography: A History of Writing in Indonesia from the beginnings to c. AD 1500, Leiden & Koln.
  • Holle, K. F., 1882, Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten: Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie, Batavia.

Pranala luar

Tags:

Aksara Kawi Ciri-ciriAksara Kawi RiwayatAksara Kawi HurufAksara Kawi GaleriAksara Kawi Lihat pulaAksara Kawi CatatanAksara Kawi ReferensiAksara Kawi Bacaan lanjutanAksara Kawi Pranala luarAksara KawiBahasa Jawa KunoPulau Jawa

🔥 Trending searches on Wiki Bahasa Indonesia:

Caitlin HaldermanFatimah az-ZahraMuhammadPrimordialismeMontesquieuFilipinaAgum GumelarAiman WitjaksonoAyu Ting TingVincent van GoghPartai Nasional IndonesiaMesut ÖzilLiberalismeSoemitro DjojohadikoesoemoMerkuriusSaido BerahinoKejuaraan Eropa UEFA 2024KarbohidratAhmad DhaniIndonesiaAbdurrahman WahidKonflik SampitGPenyaliban dan kematian YesusChatGPTSunan GresikArtikelAsia TenggaraSaiyo SakatoTitik (disambiguasi)Ahmad YaniHalaman UtamaNetflixTürkiye Radyo ve Televizyon KurumuA.C. MilanSurga Belok KananInna lillahi wa inna ilaihi raji'unAssalamualaikumAkidah IslamMaruli SimanjuntakIndonesia's Next Top Model (musim 3)Jalan SalibMichelle ZiudithZeusPertempuran Lima HariYusuf Al-MakassariRaden SalehSutan SjahrirPerjanjian BaruSejarah Indonesia (1945–1949)Warna (Hindu)Pemanasan globalHasan bin AliMasyaallahMakauSel sarafGenre musikManchester United F.C.Kalender HijriahVincent RompiesYansen IndianiGajah MadaKesultanan CirebonBandar Udara Internasional Soekarno–HattaKereta Api IndonesiaDaftar kota di IndonesiaPara Pencari TuhanIbnu al-HaitsamJisooChelsea F.C.Natasha WilonaBulanSiti Hartati MurdayaWage Rudolf SoepratmanMotoGP musim 2023Daftar Gubernur BaliMuhammad Quraish ShihabDaftar Badan Usaha Milik Negara di Indonesia🡆 More