Pohon Sala

Vatica robusta

Sala
Shorea robusta
Pohon Sala
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. robusta
Nama binomial
Shorea robusta
Roth
Sinonim

Tumbuhan sala (Shorea robusta), adalah tumbuhan sejenis Meranti (Shorea), anggota suku keruing-keruingan (Dipterocarpaceae). Tumbuhan yang berasal dari anakbenua India ini sering kali disamakan dengan pohon kanon (Couroupita guianensis) yang juga disebut "sala".

Deskripsi dan Persebaran

Pohon Sala 
Daun baru dengan kuncup bunga di distrik Jalpaiguri, Benggala Barat, India.

Pohon ini berasal dari anak benua India, mulai dari selatan Himalaya, dari Myanmar di timur hingga Nepal, India, dan Bangladesh. Di India membentang dari Assam, Bengal, Odisha dan Jharkhand barat ke Perbukitan Shivalik di Haryana, sebelah timur Yamuna. Kisaran juga meluas melalui Ghats Timur dan ke rentang Vindhya dan Satpura timur di India tengah. Sala sering menjadi pohon dominan di hutan tempat ditumbuhinya. Di Nepal kebanyakan ditemukan di wilayah terai dari timur ke barat, terutama di pegunungan Churia (Pegunungan Shivalik Hill Churia) di zona iklim subtropis. Ada banyak kawasan lindung seperti Taman Nasional Chitwan, Taman Nasional Bardia, dan Suaka Margasatwa Shukla Phat, yang mana terdapat hutan lebat berisi pohon sala besar, dan juga ditemukan di sabuk bawah daerah perbukitan dan terai dalam. Pohon ini juga dikenal dengan nama Sakhua di India utara .

Pohon Sala 
Pohon Sala di Chhattisgarh, India

Pohon ini tumbuh lambat dan dapat mencapai ketinggian 30 hingga 35 meter dengan diameter batang hingga 2-2,5 m. Panjang daunnya berkisar 10–25 cm dan lebar 5–15 cm. Di daerah basah selalu hijau; di daerah yang lebih kering, pada musim kemarau biasa berganti daun dengan merontokkan sebagian besar daunnya antara Februari hingga April, kemudian berguguran kembali pada bulan April dan Mei.

Religious significance

Pohon Sala 
Queen Māyā giving birth to the Buddha

In Hindu tradition, the sal tree is said to be favoured by Vishnu. Its name shala, shaal or sal, comes from Sanskrit (शाल, śāla, literally "house"), a name that suggests it for housing timber; other names in the Sanskrit language are ashvakarna, chiraparna and sarja, among many others.[butuh rujukan]

The sal tree is often confused with the ashoka tree (Saraca indica) in the ancient literature of the Indian Subcontinent.[butuh rujukan]

Jains state that the 24th tirthankara, Mahavira, achieved enlightenment under a sal.[butuh rujukan]

There is a standard decorative element of Hindu Indian sculpture which originated in a yakshi grasping the branch of a flowering tree while setting her foot against its roots. This decorative sculptural element was integrated into Indian temple architecture as salabhanjika or "sal tree maiden", although it is not clear either whether it is a sal tree or an asoka tree.

In Kathmandu Valley of Nepal, one can find typical Nepali pagoda temple architectures with very rich wooden carvings, and most of the temples, such as Nyatapol Temple (Nyatapola), are made of bricks and sal tree wood.[butuh rujukan]

Buddhism

Buddhist tradition holds that Queen Māyā of Sakya, while en route to her grandfather's kingdom, gave birth to Gautama Buddha while grasping the branch of a sal tree or an asoka tree in a garden in Lumbini in south Nepal.

Also according to Buddhist tradition, the Buddha was lying between a pair of sal trees when he died:

Then the Blessed One with a large community of monks went to the far shore of the Hiraññavati River and headed for Upavattana, the Mallans' sal-grove near Kusinara. On arrival, he said to Ven. Ananda, "Ananda, please prepare a bed for me between the twin sal-trees, with its head to the north. I am tired, and will lie down."

The sal tree is also said to have been the tree under which Koṇḍañña and Vessabhū, respectively the fifth and twenty fourth buddhas preceding Gautama Buddha, attained enlightenment

In Buddhism, the brief flowering of the sal tree is used as a symbol of impermanence and the rapid passing of glory, particularly as an analog of sic transit gloria mundi. In Japanese Buddhism, this is best known through the opening line of The Tale of the Heike – a tale of the rise and fall of a once-powerful clan – whose latter half reads "the color of the sāla flowers reveals the truth that the prosperous must decline." (沙羅雙樹の花の色、盛者必衰の理を顯す, Jōshahissui no kotowari wo arawasu), quoting the four-character idiom jōsha hissui (盛者必衰) from a passage in the Humane King Sutra, "The prosperous inevitably decline, the full inevitably empty" (盛者必衰、実者必虚, jōsha hissui, jissha hikkyo?).

In Sri Lanka, people used incorrectly to think that Couroupita guianensis was the sal tree of Buddhist lore.

Kegunaan

Sala adalah salah satu sumber kayu keras terpenting di India, dengan kayu keras berbutir kasar berwarna terang saat baru dipotong, tetapi menjadi coklat tua jika terpapar sinar matahari. Kayunya tahan lama dan banyak dicari untuk konstruksi meski tidak cocok untuk perencanaan dan pemolesan. Kayunya sangat cocok untuk membuat kusen pintu dan jendela. Daun kering sala merupakan sumber utama produksi pelat daun yang disebut patravali dan mangkuk daun di India utara dan timur. Daun segarnya juga digunakan dalam pembuatan paan (olahan pinang) siap pakai dan makanan ringan seperti kacang hitam rebus, gol gappa, dll. Daun bekas wadah makanan biasa diberikan kepada kambing dan sapi yang berkeliaran bebas di jalanan. Oleh karena itu India utara terbebas dari sampah stirofoam dan piring plastik yang dapat menyebabkan polusi luar biasa. Di India Selatan pisang raja segar dan daun pisang digunakan sebagai gantinya. Di Nepal, daunnya digunakan untuk membuat piring dan wadah tradisional seperti tapari, doona dan bogata sebagai wadah nasi dan kari disajikan, namun penggunaan wadah-wadah tadi telah menurun tajam selama beberapa waktu terakhir. Damar pohon sala (bahasa sansekerta: ṛla) digunakan sebagai astringen dalam pengobatan Ayurveda dan juga dibakar sebagai dupa dalam upacara Hindu, serta biji dan buah sal merupakan sumber minyak lampu dan lemak nabati. minyak bijinya diekstrak untuk digunakan sebagai minyak goreng setelah disuling.

Galeri

Lihat pula

  • Shorea robusta seed oil
  • Yakshini
  • Ashoka tree
  • List of Indian timber trees

Referensi

Pranala luar

Tags:

Pohon Sala Deskripsi dan PersebaranPohon Sala Religious significancePohon Sala KegunaanPohon Sala GaleriPohon Sala Lihat pulaPohon Sala ReferensiPohon Sala Pranala luarPohon Sala

🔥 Trending searches on Wiki Bahasa Indonesia:

Gunung RuangYKualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 (AFC)Mamat AlkatiriOrang MinangkabauKepulauan Bangka BelitungJambiBritania RayaSantri Pilihan BundaJermanPinterestPengadilan Tata Usaha NegaraPiala Asia U-23 AFCSydney1Aqua (air mineral)Proliga Putri 2024QatarLuhut Binsar PandjaitanSandra DewiSejarah Indonesia (1945–1949)Komang TeguhDaerah Istimewa YogyakartaAksara SundaPaskibrakaInstagramPartai Gerakan Indonesia RayaDavina KaramoyHamengkubuwana XUniversitas TerbukaRidwan KamilNahdlatul UlamaDaftar Badan Usaha Milik Negara di IndonesiaPFC CSKA MoskowRagnar OratmangoenJustinus LhaksanaTim nasional sepak bola QatarRenang (olahraga)Angga Aldi YunandaPerhimpunan Bangsa-Bangsa Asia TenggaraArsenal F.C.Adu penaltiAndika PerkasaTim nasional sepak bola GuineaGlenn FredlyArab SaudiEgy Maulana VikriInter Miami CFJoko AnwarAlbert EinsteinTere LiyeEloviiFilsafatJustin HubnerIndofood Sukses MakmurSyahrul Yasin LimpoBank Central AsiaYudi AbrimantyoManchester City F.C.Kesultanan DemakKota BatamBilangan primaAKualifikasi Piala Asia U-23 AFC 2024Ratu KalinyamatSel sarafIndonesiaLaskar PelangiRed SparksKesultanan CirebonPiala LibertadoresYoo Jae-hoonPablo EscobarDDewi SartikaBatikGunung RaungSepak bolaMagister🡆 More