Pembantaian Virginia Tech adalah suatu pembantaian yang terjadi pada dua peristiwa penembakan terpisah yang dilakukan oleh seorang mahasiswa berumur 23 tahun, Cho Seung-Hui, pada tanggal 16 April 2007 di Institut Politeknik dan Universitas Negeri Virginia, Blacksburg, Virginia, Amerika Serikat.
Pejabat pemerintah, pihak universitas, dan sebagian besar sumber berita telah memberikan konfirmasi jumlah korban tewas sebanyak 32 orang berikut sang pelaku penembakan, dan menjadikan peristiwa ini sebagai penembakan sipil paling berdarah dalam sejarah Amerika Serikat.
Pembantaian Virginia Tech | |
---|---|
Lokasi | Blacksburg, Virginia, Amerika Serikat |
Tanggal | 16 April 2007 7.15 dan 9.00–9.30 pagi (EDT) |
Sasaran | Institut Politeknik dan Universitas Negeri Virginia (Virginia Tech) |
Jenis serangan | Penembakan di sekolah, pembunuhan massal, pembunuhan diikuti bunuh diri, pembantaian, penembakan liar |
Korban tewas | 33 (termasuk pelaku) |
Korban luka | 29 |
Pelaku | Cho Seung-hui |
Motif | Tak diketahui |
Salah seorang dari korbannya berkebangsaan Indonesia, yaitu Partahi Mamora Halomoan Lumbantoruan (34 tahun) dari Medan, Sumatera Utara, mahasiswa doktoral di Fakultas Teknik Sipil.
Penembakan pertama terjadi sekitar pk. 7.15 pagi EDT di West Ambler Johnston Hall, sebuah asrama campuran yang menampung 895 mahasiwa. Seorang perempuan muda, Emily J. Hilscher dari Woodville, Virginia, dan seorang laki-laki, asisten residen, Ryan C. Clark dari Martinez, Georgia, terbunuh. Pihak keamanan mengidentifikasikan "orang yang dicari" dalam penembakan pertama, yang bekerja sama dengan pemerintah. Menurut Washington Post, "orang yang dicari" ini adalah pacar Hilscher; ia dilepaskan setelah bekerja sama dengan keamanan. Meskipun administratur sekolah diberitahukan, mereka mengira penembakan di tempat ini hanya sebuah kasus terpisah dan karenanya tidak mengosongkan kampus. Hal ini belakangan menimbulkan kontroversi tentang apakah sekolah mestinya mengambil tindakan lebih jauh.
Sekitar dua jam setelah penembakan pertama, dilaporkan terdengar lagi tembakan di sebuah ruang kelas di Norris Hall, gedung teknik dan sains tempat program Teknik dan Mekanika.
Sebuah uji balistik belakangan membuktikan bahwa senjata yang sama digunakan di kedua penembakan di kampus.
Seorang saksi mata memberitahukan kepada wartawan Collegiate Times bahwa si penembak menembak sekitar 19 orang yang mengikuti kelas bahasa Jerman di Norris Hall termasuk dosennya. Hanya empat orang muncul tidak terluka dari kelas bahasa Jerman itu, sementara sisanya terbunuh atau terluka. Erin Sheehan, salah satu dari keempat orang itu, mengatakan bahwa si penembak "mengintip dua kali, pada bagian awal pelajaran, seolah-olah ia sedang mencari seseorang, sebelum ia mulai menembak."
Dua puluh tujuh tembakan dapat didengar dari rekaman video yang tertangkap oleh telepon genggam, yang belakangan disiarkan ke berbagai kantor berita.
Nikolas Macko, seorang mahasiswa, menggambarkan kepada BBC News pengalamannya di pusat penembakan. Ia sedang mengikuti kelas matematika dan mendengar tembakan senjata di lorong. Tiga orang di ruang kelas melindungi dirinya di dalam ruangan dengan menggunakan sebuah meja. Pada satu saat, kata Macko, si penembak bahkan berusaha menerobos pintu kelas dan kemudian menembak dua kali ke dalam ruangan. Sebuah tembakan menghantam podium dan yang lainnya menerobos jendela. Si penembak mengisi kembali senjatanya dan menembak ke pintu lagi tetapi peluru itu tidak berhasil menembus ke dalam ruangan. Ia mengatakan ada "banyak, banyak sekali tembakan" yang dilakukan.
Angin yang kencang menghalangi bantuan medis darurat menggunakan helikopter untuk melakukan evakuasi. Para korban yang terluka dirawat di Montgomery Regional Hospital di Blacksburg, Carilion New River Valley Medical Center di Radford, Carilion Roanoke Memorial Hospital di Roanoke, dan Lewis-Gale Medical Center di Salem.
Sang penembak diidentifikasikan sebagai Cho Seung-Hui yang berusia 23 tahun, seorang berkebangsaan Korea Selatan yang tinggal di Virginia sebagai penduduk tetap Amerika Serikat. Ia tiba di AS bersama keluarganya saat berusia 8 tahun pada 1992. Alamat tetapnya disebutkan di Centreville, Virginia, sebuah suburbia dari Washington, D.C. Ia belajar di SMA Westfield di Chantilly, Virginia dan lulus pada 2003. Korban Erin Peterson dan Reema Samaha lulus dari Westfield pada 2006, tapi tidak diketahui apakah Cho mengenal mereka. Cho adalah seorang mahasiswa S-1 pada tahun terakhirnya, dalam studi Bahasa Inggris. Seorang juru bicara Virginia Tech melukiskannya sebagai orang yang "penyendiri", dan menyatakan bahwa sekolah mengalami kesulitan untuk mencari informasi tentang dirinya. Cho tinggal di Harper Hall, asrama di sebelah barat dari West Ambler Johnston.
Hingga 17 April 2007, motif Cho untuk melakukan pembunuhan ini tetap tidak jelas.
Ketika polisi menyelidiki kamar Cho, mereka menemukan sebuah catatan yang melukiskan betapa hidupnya sangat menderita dan rencananya untuk bunuh diri. Dalam sebuah catatan yang ditinggalkannya di pintu kamar asramanya, ia menguraikan daftar keluhannya; di situ ia mengecam "anak-anak kaya", "pembual" yang "jahat" dan "penipu" di kampus itu. Kalimat lainnya dalam catatan itu berbunyi "kalian yang membuat aku melakukan semua ini". Kata-kata "Ismail Ax" ditemukan tertulis di lengannya dengan tinta merah. Teman sekamarnya menceritakan kepada wartawan bahwa Cho kelihatan normal wajahnya dua jam sebelum penembakan liar itu.
Lucinda Roy, mantan dosen penulisan kreatif Cho, dan mantan ketua departemen bahasa Inggris, mengatakan bahwa ia merasa terganggu oleh kelakuan dan tulisan mahasiswa itu hingga ia memperingatkan polisi kampus dan para pejabat lainnya tentang Cho, tetapi mereka mengatakan tidak dapat berbuat banyak karena ia tidak menimbulkan ancaman langsung dan mereka tidak dapat melanggar hak kebebasan berbicaranya. Roy mengatakan kepada ABC News bahwa Cho tampaknya "luar biasa kesepian - orang yang paling kesepian yang pernah saya jumpai dalam hidup saya." Ia mengatakan bahwa Cho selalu mengenakan kacamata hitam dan sebuah topi di dalam ruangan, berbicara seperti berbisik dan mengambil foto-fotonya dengan telepon genggam. Karena sangat prihatin, ia mengatur untuk membantu Cho secara pribadi, dan memintanya pergi mengikuti konseling, tetapi tampaknya Cho tidak pernah pergi.
Situs The Smoking Gun telah memperoleh sebuah salinan darma karya Cho yang berjudul "Richard McBeef." Drama singkat ini menyebutkan topik-topik yang sangat grafik seperti misalnya pedofilia, kekerasan dengan gergaji listrik, dan berakhir dengan si tokoh memberikan "pukulan yang mematikan" kepada anak tirinya yang berusia 13 tahun. Cho juga menulis drama kedua, yang berjudul "Mr. Brownstone"; drama ini diberinya nama sesuai dengan judul lagu karya Guns N' Roses, dan memuat kata-kata yang disalinnya langsung dari lagu itu.
Seorang profesor yang tak disebutkan namanya, yang mengajar Cho mencirikan karyanya sebagai "sangat kekanak-kanakan" dan "konyol", dengan upaya melakukan "komedi kasar" dan "unsur-unsur kekerasan."
Polisi percaya bahwa ia menggunakan sebuah Glock 19 9 mm dan sebuah pistol Walther P22 kaliber .22. Cho membeli Glock 19 9 mm di Roanoke Firearms pada 13 Maret 2007, dan pistol kaliber .22 yang dibeli pada 9 Februari di sebuah pegadaian di Blacksburg. Kedua senjata itu ditemukan dengan nomor serinya yang telah dihapus, kata petugas penegak hukum federal. Pemilik toko Roanoke Firearms dilaporkan sangat 'menyesal' ketika ia mendengar berita bahwa salah satu senjatanya telah digunakan dalam insiden ini. Menurut bekas agen FBI Brad Garrett, "Ini bukan kejahatan yang dilakukan tiba-tiba. Ia telah memikirkannya selama beberapa bulan sebelum penembakan itu."
Tidak diketahui apakah ada - kalaupun ada - pengalaman atau latihan menggunakan senjata api yang pernah diikuti Cho sebelum pembantaian ini.
Salah satu pistol digunakan di kedua kejadian. Seorang petugas menambahkan bahwa Cho "bersenjata lengkap dan mengenakan sebuah rompi." Di Virginia, penduduk tetap AS yang legal yang berusia 21 tahun atau lebih berhak membeli pistol asalkan mereka belum pernah melakukan kejahatan atau hal-hal lain yang menyebabkan mereka didiskualifikasi.
Pada 18 April 2007, NBC News menerima sebuah paket dari Cho dengan cap pos yang menunjukkan waktu antara dua pembunuhan yang pertama dan pembantaian berikutnya yang terjadi dua jam kemudian. Paket ini berisi sebuah pernyataan yang ditulis dengan 1.800 kata, foto-foto, dan 23 video digital. Dalam rekaman-rekaman video ini Cho membahas agamanya dan kebenciannya terhadap orang-orang kaya. Ia juga mengatakan dalam salah satu videonya,
"Kalian sudah memiliki semilyar kesempatan dan cara untuk menghindari apa yang terjadi hari ini... Tapi kalian memutuskan untuk menumpahkan darahku. Kalian memojokkanku dan memberikan kepadaku hanya satu pilihan. Pilihannya adalah pilihan kalian. Kini tangan kalian berlumuran darah yang tidak akan pernah dapat dicuci bersih."
NBC telah menerbitkan cuplikan video dari pernyataan Cho.
Berikut ini adalah daftar korban yang tewas karena penembakan ini. Selain ke-32 nama ini, masih ada 29 orang lainnya yang luka-luka.
Virginia Tech membatalkan kelas-kelas selama minggu ini dan menutup Norris Hall hingga semester berakhir. Universitas menawarkan bantuan konseling untuk mahasiswa dan dosen dan mengadakan acara bersama pada Selasa, 17 April 2007. Selain itu, Palang Merah telah mengirim beberapa lusin konselor krisis ke Blacksburg untuk menolong mahasiswa-mahasiswa Virginia Tech untuk menghadapi tragedi ini.
Presiden Virginia Tech, Charles Steger, menyatakan pada konferensi pers pertama bahwa pihak pimpinan mulanya yakin bahwa penembakan pertama di asrama West Ambler Johnston adalah sebuah cekcok antar pasangan dan bahwa si penembak telah meninggalkan kampus.
Steger menyebutkan pada konferensi pers kedua sekitar pk. 5 sore EDT pada hari penyerangan itu bahwa beberapa ribu mahasiswa sedang berjalan ke kelas-kelas mereka:
“ | Anda harus ingat bahwa dari ke-26.000 [mahasiswa] yang kami miliki, lebih dari 9.000 ada di kampus. Ketika kelas-kelas mulai pada pk 8.00 pagi, ribuan orang sedang dalam perjalanan. Pertanyaannya ialah, di mana tempat yang paling aman untuk mereka? Kami menyimpulkan bahwa insiden di asrama itu bersifat domestik. Dua jam kemudian ada peristiwa-peristiwa lain yang terjadi. | ” |
Steger lebih jauh mencatat:
“ | Sungguh sangat sulit, karena kita ini masyarakat yang terbuka, dan kampus yang terbuka. Kami punya 26.000 orang di sini. Cara terbaik yang dapat kami lakukan adalah meminta orang melaporkan apa saja yang mereka lihat mencurigakan. Jelas kami tidak dapat menempatkan seorang pengawal bersenjata di depan setiap ruang kelas setiap hari sepanjang tahun. …Apa yang kami coba pastikan ialah bahwa mereka terlindungi dengan jalan berdiam di asrama atau di gedung-gedung akademik. Kami mengirimkan komunikasi lewat e-mail, kami mempunyai sistem peringatan darurat untuk menyampaikan pesan kepada mahasiswa-mahasiswa kami secepat mungkin. Dengan 11.000 orang yang berkendaraan ke kampus, sungguh sangat sulit kalau bukannya malah tidak mungkin untuk menyebarkan pemberitahuannya sesegera mungkin. | ” |
Sebagian mahasiswa, orang tua, dan komentator di media mempersalahkan pihak Universitas, dengan mengatakan bahwa pihak administrasi universitas seharusnya bertindak lebih jauh untuk memberitahukan yang lainnya dan mengunci kampus dengan segera.
Pemerintah kemudian mengidentifikasikan "orang yang berkepentingan" dalam penembakan pertama, Karl Thornhill, yang adalah pacar Emily Hilscher. Teman sekamar Hilscher, Heather Haugh, mengatakan kepada polisi bahwa Thornhill memiliki senjata api dan pernah mengajak kedua gadis itu ke tempat latihan menembak. Thornhill diciduk ketika sedang meninggalkan kampus Tech setelah penembakan pertama, dan membuat polisi curiga ketika ia memberikan pengakuan yang berlawanan dengan cerita Haugh. Karena polisi segera menahannya, mereka menetapkan bahwa ancaman kekerasan berikutnya sudah minimal, dan karenanya tidak membenarkan tindakan lebih jauh oleh Universitas. Namun, sementara mereka menginterogasi Thornhill, muncul laporan tentang penembakan lebih luas di Norris Hall, yang menunjukkan bahwa ancaman itu belum teratasi. Thornhill karenanya dilepaskan, tetapi tetap merupakan saksi penting dalam kasus ini, kata polisi.
Pada konferensi pers sore harinya, Gubernur Virginia Timothy Kaine menyatakan Paulus Charles Steger (presiden Virginia Tech) telah memintanya untuk menunjuk sebuah komisi untuk meneliti tanggapan universitas terhadap penembakan itu dan menolong menjawab banyak pertanyaan yang belum terjawab. Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Gubernur Kaine menunjukkan bahwa W. Gerald Massengill, mantan penyelia Polisi Negara Bagian Virginia, akan melaksanakan peninjauan itu.
Beberapa mahasiswa Virginia Tech mempertanyakan mengapa Universitas tidak dikunci setelah penembakan pertama. Setelah sadar tentang kejadian itu, mahasiswa saling berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman mereka tentang kondisi mereka, dengan menggunakan telepon atau situs jaringan sosial seperti Facebook atau MySpace. Banyak mahasiswa yang menciptakan lembaran kenangan Facebook untuk teman-teman mereka. Karena khawatir akan pembalasan dari mahasiswa-mahasiswa lain, Kim Min-kyung, seorang mahasiswa Korea Selatan di Virginia Tech, mengatakan bahwa mahasiswa-mahasiswa Korea Selatan berkumpul dalam kelompok-kelompok, "karena keadaan bisa berbahaya." Lee Seung-wook, ketua Perhimpunan Mahasiswa Korea Virginia Tech, mengatakan, "Saya khawatir akan kemungkinan prasangka-prasangka rasial yang mungkin ditimbulkan oleh kejadian yang mengerikan ini terhadap orang-orang Asia, khususnya Korea".
Setelah serangan kedua, Polisi Virginia Tech, bersama-sama dengan Departemen Kepolisian Blacksburg, Kantor Sheriff Montgomery County dan Polisi Negara Bagian Virginia segera menjawab sesuai dengan protokol mereka tentang penembak aktif. Tim SWAT setempat diaktifkan dan menjawab. Selain polisi kampus Virginia Tech, Federal Bureau of Investigation bergabung melakukan investigasi. Jurubicara Biro Richard Kolko menyatakan bahwa tidak ada bukti langsung yang menunjukkan adanya kejadian terorisme, tetapi bahwa lembaga itu menjajaki semua kemungkinan. Polisi Negara Bagian Virginia juga menyelidiki. Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api dan Bahan Peledak (ATF) segera menanggapi kejadian ini dengan 10 agen di lapangan yang menyelidiki senjata dan melakukan forensik.
Senator AS dari Virginia John Warner dan Jim Webb telah menyampaikan ucapan dukacitanya. Gubernur Virginia Tim Kaine kembali lebih awal dari perjalanannya ke Tokyo, Jepang dan menyatakan "keadaan darurat" di Virginia, yang memungkinkan gubernur untuk segera mengerahkan personel, perlengkapan, dan sumber-sumber lainnya untuk membantu pada saat setelah tragedy tersebut.
Pada hari Senin, Dewan Perwakilan AS dan Senat mengheningkan cipta untuk mengenang para korban. Senat juga menyetujui resolusi pada hari Senin Malam untuk menyampaikan ucapan turut berduka kepada para korban penembakan. Ketua Komisi Kehakiman Senat Patrick Leahy menunda dua hari kesaksian yang telah dijadwalkan dari Jaksa Agung Alberto Gonzales pada 17 April 2007, mengenai pemecatan delapan jaksa Amerika Serikat. Dalam sebuah pernyataan, Gonzales mengatakan bahwa Departemen Kehakiman akan memberikan dukungan dan bantuan kepada pemerintah setempat dan para korban sejauh yang dibutuhkan.
Pada tanggal 19 April 2007 diumumkan bahwa pihak Universitas Virginia Tech akan memberikan gelar secara anumerta kepada para mahasiswa yang gugur dalam pembantaian ini dan sedang kuliah. Dari 32 korban, ditentukan 23 mahasiswa yang menjadi korban dan tewas akan mendapatkan gelar ini.
This article uses material from the Wikipedia Bahasa Indonesia article Pembantaian Virginia Tech, which is released under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 license ("CC BY-SA 3.0"); additional terms may apply (view authors). Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali dinyatakan lain. Images, videos and audio are available under their respective licenses.
®Wikipedia is a registered trademark of the Wiki Foundation, Inc. Wiki Bahasa Indonesia (DUHOCTRUNGQUOC.VN) is an independent company and has no affiliation with Wiki Foundation.