97°58′E / 4.233°N 97.967°E / 4.233; 97.967
Kabupaten Aceh Tamiang adalah salah satu kabupaten di provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur dan terletak di perbatasan Aceh-Sumatera Utara. Pada akhir tahun 2023, jumlah penduduk Aceh Tamiang sebanyak 308.102 jiwa.
Kabupaten Aceh Tamiang | |
---|---|
Transkripsi bahasa daerah | |
• Jawoe/Jawi | اچيه تميانڠ |
Motto: Kaseh pape, setie mati (Tamiang) Seluruh aspek kehidupan, baik individu maupun masyarakat dilandasi dengan sikap rela berkorban dan saling tolong menolong dengan tanggung jawab dan kesetiaan tanpa pamrih | |
Koordinat: 4°16′30″N 97°52′20″E / 4.2749°N 97.8722°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Aceh |
Tanggal berdiri | 10 April 2002 |
Dasar hukum | UU RI Nomor 4 Tahun 2002 |
Ibu kota | Karang Baru |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Asra (Pj.) |
• Wakil Bupati | Lowong |
• Sekretaris Daerah | Asra |
• Ketua DPRD | Suprianto |
Luas | |
• Total | 1.956,72 km2 (755,49 sq mi) |
Populasi (31 Desember 2023) | |
• Total | 308.102 |
• Kepadatan | 160/km2 (410/sq mi) |
Demografi | |
• Agama |
|
• Bahasa | Indonesia, Aceh Tamiang |
• IPM | 73,02 (2023) tinggi |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode pos | 24471-24478 |
Kode BPS | 1114 |
Kode area telepon | 0641 |
Pelat kendaraan | BL |
Kode Kemendagri | 11.16 |
APBD | Rp 1.175.611.272.018,- |
PAD | Rp 141.815.373.710,- |
DAU | Rp 504.489.012.000,- |
Semboyan daerah | - |
Situs web | www |
Kabupaten ini berada di jalur timur Sumatra yang strategis dan hanya berjarak lebih kurang 250 km dari Kota Medan sehingga akses serta harga barang di kawasan ini relatif lebih murah daripada daerah Aceh lainnya. Di samping itu, kawasan ini relatif lebih aman semasa GAM berjaya dahulu. Ketika seruan mogok oleh GAM diberlakukan di seluruh Aceh, hanya kawasan ini khususnya Kota Kuala Simpang yang aktivitas ekonominya tetap berjalan.
Kerajaan Tamiang pernah mencapai puncak kejayaannya dibawah pimpinan seorang Raja Muda Setia yang memerintah selama tahun 1330–1366 M. Pada masa itu kerajaan tersebut dibatasi:
Pada masa Kesultanan Aceh, Kerajaan Tamiang telah mendapat cap Sikureung dan hak Tumpang Gantung (Zainuddin, 1961: 136-137) dari Sultan Aceh Darussalam atas wilayah Negeri Karang dan Negeri Kejuruan Muda. Sementara negeri Sultan Muda Seruway, Negeri Sungai Iyu, Negeri Kaloy, dan Negeri Telaga Meuku merupakan wilayah-wilayah yang belum mendapat cap SIkureung. Karena itu negeri-negeri tersebut dijadikan sebagai wilayah pelindung bagi wilayah yang telah mendapat cap SIkureung.[butuh rujukan]
Pada tahun 1908, dengan berlakunya Staatblad No.112 tahun 1878, maka wilayah Tamiang dimasukkan ke dalam Geuverment Aceh en Onderhoorigheden. Maksudnya adalah, Tamiang berada dibawah status hukum Onderafdelling. Dalam Afdeling Oostkust Van Atjeh (Aceh Timur) beberapa wilayah Landschaps berdasarkan Korte Verklaring diakui sebagai Zelfbestuurder, dengan status hukum Onderafdelling Tamiang, termasuk wilayah-wilayah:
Nama Tamiang tumbuh dari legenda "Te-Miyang" atau "Da-Miyang" yang berarti tidak kena gatal atau kebal gatal dari miang bambu. Hal tersebut berhubungan dengan cerita sejarah tentang Raja Tamiang yang bernama Pucook Sulooh. Ketika masih bayi, ia ditemukan dalam rumpun bambu betong (istilah Tamiang adalah bulooh) oleh seorang raja berjulukan "Tamiang Pehok". Menginjak dewasa, Pucook Sulooh dinobatkan menjadi Raja Tamiang bergelar "Pucook Sulooh Raja Te-Miyang", yang artinya "seorang raja yang ditemukan di rumpun rebong, tetapi tidak kena gatal atau kebal gatal".[butuh rujukan]
Menurut sumber lain, kata Tamiang berasal dari kata “Da Miang”. Sejarah menunjukkan tentang eksistensi wilayah Tamiang melalui prasasti Sriwijaya. Tak kurang pula sastra tulis Cina karya Wee Pei Shih mencatat pula keberadaan negeri Kan Pei Chiang (Tamiang), atau Tumihang dalam Kitab Negara Kertagama. Daerah ini juga berjuluk Bumi Muda Sedia, sesuai dengan nama Raja Muda Sedia yang memerintah wilayah ini selama 6 tahun (1330-1336). Raja ini mendapatkan cap Sikureung dan hak Tumpang Gantung dari Sultan Aceh atas wilayah Karang dan Kejuruan Muda kala itu. Selengkapnya, data-data tentang Kerajaan Tamiang setidaknya termaktub dalam:
1. Prasasti Sriwijaya yang diterjemahkan oleh Prof. Nilkanta Sastri dalam The Great Tamralingga (capable of) Strong Action in dangerous Battle (Moh. Said, 1961:36).
2. Data kuno Tiongkok (dalam buku Wee Pei Shih) ditata kembali oleh I.V.Mills, 1937, halaman 24, tercatat negeri Kan Pei Chiang (Tamiang) yang berjarak 5 kilometer (35 mil) dari Diamond Point (Posri).
3. Kerajaan Islam Tamiang dalam The Rushinuddin's Geographical Notices (1310 M).
4. Tercatat sebagai "Tumihang" dalam syair 13 buku Nagara kertagama (M.Yamin, 1946: 51).
5. Benda-benda peninggalan budaya yang terdapat pada situs Tamiang (Penemuan T. Yakob, Meer Muhr, serta Sartono, dkk).
Berkaitan dengan data-data tersebut dan ditambah penelitian terhadap penemuan fosil sejarah, maka nama Tamiang dipakai menjadi usulan bagi pemekaran status wilayah Pembantu Bupati Aceh Timur Wilayah-III, yang meliputi wilayah bekas Kewedanaan Tamiang.[butuh rujukan]
Tuntutan pemekaran daerah di Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebenarnya telah dicetuskan dan diperjuangkan sejak 1957 awal masa Provinsi Aceh ke-II, termasuk eks-Kewedanaan Tamiang diusulkan menjadi Kabupaten Daerah Otonom. Usulan tersebut lantas mendapat dorongan semangat yang lebih kuat lagi sehubungan dengan keluarnya ketetapan MPRS hasil Sidang Umum ke-IV tahun 1966 tentang pemberian otonomi seluas-luasnya. Dalam usulnya mengenai pelaksanaan otonomi secara riil dengan Memorandum Nomor B-7/DPRD-GR/66, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-Gotong Royong (DPRD-GR) Provinsi Daerah Istimewa Aceh mengusulkan sebagai berikut bekas Daerah "Kewedanaan Tamiang" menjadi Kabupaten Aceh Tamiang dengan ibu kotanya Kualasimpang.[butuh rujukan]
Sebagian besar usulan tersebut sudah menjadi kenyataan namun usulan mengenai Tamiang belum dikabulkan. Sebagai tindak lanjut dari cita-cita masyarakat Tamiang, maka pada era reformasi, sesuai Undang-Undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka keinginan Tamiang untuk menjadi daerah otonomi terbuka kembali dan mendapat dukungan melalui:
Utara | Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa |
Timur | Kabupaten Langkat (provinsi Sumatera Utara) dan Selat Malaka |
Selatan | Kabupaten Langkat (provinsi Sumatera Utara) dan Kabupaten Gayo Lues |
Barat | Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues |
No | Bupati | Mulai menjabat | Akhir menjabat | Ket. | Wakil Bupati | |
---|---|---|---|---|---|---|
* | Asra (Penjabat) | 29 Desember 2023 | Petahana | Lowong |
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Aceh Tamiang dalam dua periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||
---|---|---|---|
2014-2019 | 2019-2024 | ||
Gerindra | 3 | 6 | |
PDI-P | 3 | 1 | |
Golkar | 3 | 2 | |
NasDem | 3 | 2 | |
PKS | 2 | 3 | |
PPP | 3 | 3 | |
PAN | 3 | 2 | |
Hanura | 1 | 0 | |
Demokrat | 3 | 3 | |
Partai Aceh | 6 | 4 | |
PNA | 0 | 3 | |
PBB | 0 | 1 | |
Jumlah Anggota | 30 | 30 | |
Jumlah Partai | 10 | 11 |
Kabupaten Aceh Tamiang memiliki 12 kecamatan dan 213 gampong dengan kode pos 24471-24478 (dari total 243 kecamatan dan 5827 gampong di seluruh Aceh). Per tahun 2010, jumlah penduduk di wilayah ini adalah 250.992 (dari penduduk seluruh provinsi Aceh yang berjumlah 4.486.570) yang terdiri atas 126.724 pria dan 124.268 wanita (rasio 101,98). Dengan luas daerah 211.973 ha (dibanding luas seluruh provinsi Aceh 5.677.081 ha), tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini adalah 130 jiwa/km² (dibanding kepadatan provinsi 78 jiwa/km²). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya sebesar 287.733 jiwa dengan luas wilayahnya 1.956,72 km² dan sebaran penduduk 147 jiwa/km².
Kabupaten Aceh Tamiang merupakan pecahan dari Kabupaten Aceh Timur dan merupakan satu-satunya kawasan di Aceh yang mayoritas dihuni oleh etnis Melayu Tamiang. Suku Aceh membentuk suku kedua terbesar di kabupaten tersebut. Selain kedua etnis tersebut, Suku Jawa & Suku Batak juga banyak dijumpai di kabupaten ini. Sementara di daerah hulu terdapat Suku Gayo, Suku Alas dan Suku Karo.
Kabupaten Aceh Tamiang merupakan kawasan kaya minyak dan gas, meski jumlahnya tidak sebesar Kabupaten Aceh Utara, dan kawasan ini juga merupakan salah satu pusat perkebunan kelapa sawit di Aceh. Di samping itu, Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor angkutan karena posisinya yang strategis, dan angkutan air merupakan salah satu primadona alternatif karena kabupaten ini dialiri dua sungai besar yakni Sungai Tamiang (yang terpecah menjadi Simpang Kiri dan Simpang Kanan) dan Sungai Kaloy. Kabupaten Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor pertanian, industri pengolahan dan perdagangan.
Kabupaten Aceh Tamiang memiliki beberapa tempat wisata yang hingga saat ini perlu penataan yang serius dan dikelola dengan baik. Air Terjun Tujuh Tingkat, Air Terjun Sangka Pane, Gua Sarang Burung Walet, Pantai Kupang adalah beberapa contoh tempat wisata di Aceh Tamiang yang perlu mendapatkan perhatian untuk dapat dikelola menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah.[butuh rujukan]
Berikut adalah objek wisata yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang:
No. | Nama objek wisata | Kecamatan |
1. | Air Terjun Alur Batu | Tenggulun |
2. | Air Terjun Aras Sembilan | Bandar Pusaka |
3. | Air Terjun Batu Gompak | Tamiang Hulu |
4. | Air Terjun Bulutan | Tamiang Hulu |
5. | Air Terjun Ekor Kuda | Tenggulun |
6. | Air Terjun Lubuk Aren | Tenggulun |
7. | Air Terjun Sangka Pane | Bandar Pusaka |
8. | Air Terjun Seribu | Tamiang Hulu |
9. | Air Terjun Sungai Bampo | Tamiang Hulu |
10. | Air Terjun Tingkat Tujuh | Tenggulun |
11. | Bukit Kerang | Kejuruan Muda |
12. | DAM | Tenggulun |
13. | Gua Angin | Tamiang Hulu |
14. | Gua Gunung Pandan | Tenggulun |
15. | Gua Pintu Angin | Tenggulun |
16. | Gua Pintu Dinding | Tenggulun |
17. | Gua Pintu Janggut | Tamiang Hulu |
18. | Gua Pintu Kuari | Tenggulun |
19. | Gua Sarang Burung Walet | Tamiang Hulu |
20. | Istana Karang | Karang Baru |
21. | Istana Sungai Iyu | Bendahara |
22. | Jati Kasih Sumber Air Panas | Tenggulun |
23. | Kelenteng Cina | Rantau |
24. | Kelenteng Gua | Seruway |
25. | Kolam Air Dingin Belerang | Tenggulun |
26. | Padang Sabana | Tamiang Hulu |
27. | Pantai Kuala Ketapang | Bendahara |
28. | Pantai Kupang | Seruway |
29. | Pantai Pusung Siung | Seruway |
30. | Pemandian Batu Dinding | Tenggulun |
31. | Pemandian Batu Gantung Kemuning | Tamiang Hulu |
32. | Pemandian Gunung Pandan | Tenggulun |
33. | Pemandian Kuala Parit | Tamiang Hulu |
34. | Pemandian Mata Air Panas | Tenggulun |
35. | Pemandian Mata Air Panas | Tamiang Hulu |
36. | Pemandian Pantai Rini | Tamiang Hulu |
37. | Pemandian Titi Biru | Tenggulun |
38. | Situs Bukit Kerang | Sekerak |
39. | Situs Bukit Remis | Seruway |
40. | Tamsar Alur Biak | Bandar Pusaka |
41. | TPI | Banda Mulia |
42. | Wisata Hutan Manggrove | Seruway |
This article uses material from the Wikipedia Bahasa Indonesia article Kabupaten Aceh Tamiang, which is released under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 license ("CC BY-SA 3.0"); additional terms may apply (view authors). Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali dinyatakan lain. Images, videos and audio are available under their respective licenses.
®Wikipedia is a registered trademark of the Wiki Foundation, Inc. Wiki Bahasa Indonesia (DUHOCTRUNGQUOC.VN) is an independent company and has no affiliation with Wiki Foundation.