Cascading Style Sheet (CSS) merupakan aturan untuk mengatur beberapa komponen dalam sebuah web sehingga akan lebih terstruktur dan seragam.
CSS bukan merupakan bahasa pemrograman.
Contoh dari kode sumber CSS | |
Ekstensi berkas | .css |
---|---|
Jenis MIME | text/css |
Uniform Type Identifier | public.css |
Rilis pertama | 17 Desember 1996 |
Rilis terbaru | CSS 2.1 : Level 2 Revision 1 / 12 April 2016 |
Jenis format | Bahasa lembar gaya |
Standar | Level 1 (Rekomendasi) Level 2 (Rekomendasi) Level 2 Revision 1 (Rekomendasi kandidat) |
Situs web | www |
Sama halnya styles dalam aplikasi pengolahan kata seperti Microsoft Word yang dapat mengatur beberapa style, misalnya heading, subbab, bodytext, footer, images, dan style lainnya untuk dapat digunakan bersama-sama dalam beberapa berkas (file). Pada umumnya CSS dipakai untuk memformat tampilan halaman web yang dibuat dengan bahasa HTML dan XHTML.
CSS dapat mengendalikan ukuran gambar, warna bagian tubuh pada teks, warna tabel, ukuran border, warna border, warna hyperlink, warna mouse over, spasi antar paragraf, spasi antar teks, margin kiri, kanan, atas, bawah, dan parameter lainnya. CSS adalah bahasa style sheet yang digunakan untuk mengatur tampilan dokumen. Dengan adanya CSS memungkinkan kita untuk menampilkan halaman yang sama dengan format yang berbeda.
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. |
Nama CSS didapat dari fakta bahwa setiap deklarasi style yang berbeda dapat diletakkan secara berurutan, yang kemudian membentuk hubungan ayah-anak (parent-child) pada setiap style. CSS sendiri merupakan sebuah teknologi internet yang direkomendasikan oleh World Wide Web Consortium atau W3C pada tahun 1996. Setelah CSS distandarisasikan, Internet Explorer dan Netscape melepas browser terbaru mereka yang telah sesuai atau paling tidak hampir mendekati dengan standar CSS.
Untuk saat ini terdapat tiga versi CSS, yaitu CSS1, CSS2, dan CSS3. CSS1 dikembangkan berpusat pada pemformatan dokumen HTML, CSS2 dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan terhadap format dokumen agar bisa ditampilkan di printer, sedangkan CSS3 adalah versi terbaru dari CSS yang mampu melakukan banyak hal dalam desain website. CSS3 mendukung penentuan posisi konten, downloadable, huruf font, tampilan pada tabel /table layout dan media tipe untuk printer. Kehadiran versi CSS yang ketiga diharapkan lebih baik dari versi pertama dan kedua.
CSS3 juga dapat melakukan animasi pada halaman website, di antaranya animasi warna hingga animasi 3D. Dengan CSS3 desainer lebih dimudahkan dalam hal kompatibilitas websitenya pada smartphone dengan dukungan fitur baru yakni media query. Selain itu, banyak fitur baru pada CSS3 seperti: multiple background, border-radius, drop-shadow, border-image, CSS Math, dan CSS Object Model.
Saat masuk pada bagian CSS, sering dijumpai kode sebagai berikut:
h1 { color: #0789de; }
Bagian pertama sebelum tanda '{}' dinamakan selector, sedangkan yang diapit oleh '{}' disebut declaration yang terdiri dari dua unsur, yaitu property dan value. Selector dalam pernyataan di atas adalah h1, sedangkan color adalah property, dan #0789de adalah value.
Selain itu ada tiga metode penulisan CSS atribut, yaitu:
CSS didefinisikan langsung pada tag HTML yang bersangkutan. Cara penulisannya cukup dengan menambahkan atribut style="..." dalam tag HTML tersebut. Style hanya akan berlaku pada tag yang bersangkutan, dan tidak akan memengaruhi tag HTML yang lain.
Contoh penulisan CSS dengan metode Inline Style Sheet
<html> <head> <title>Contoh Bentuk Inline title> head> <body> <p id="cth1"> Ini adalah contoh tag P tanpa diformat menggunakan CSS p> <p id="cth2" style="font-size:20pt"> Tag P ini diformat dengan besar font 20 point p> <p id="cth3" style="font-size:14pt; color:red"> Tag P ini diformat dengan besar font 14 point, dan menggunakan warna merah p> body> html>
CSS didefinisikan terlebih dahulu dalam tag di atas tag . Pada pendefinisian ini disebutkan atribut-atribut CSS yang akan digunakan untuk tag-tag HTML, yang selanjutnya dapat digunakan oleh tag HTML yang bersangkutan.
Contoh penggunaan CSS dengan metode Embedded Style Sheet adalah sebagai berikut :
<html> <head> <title>Contoh Bentuk Embeddedtitle> head> <style> body { background: #0000FF; color: #FFFF00; margin-left: 0.5in; } h1 { font-size: 18pt; color: #FF0000; } p { font-size: 12pt; font-family: arial; text-indent: 0.5in; } style> <body> <h1 id="cth1">Judul ini berukuran 18 dengan warna merah!h1> <p id="cth2">Tag p ini di format dengan besar font 12 point dengan tipe font Arial dan mempunyai identasi 0.5 inch p> <p id="cth3">Yang perlu diperhatikan juga bahwa body disini telah diformat dengan margin kiri 0.5 inch dan warna background birup> body> html>
CSS didefinisikan dengan disimpan di berkas yang berbeda. Ini dapat mempermudah dalam perawatan dan dapat digunakan di semua berkas HTML sehingga memudahkan seorang pengembang web untuk mengembangkan situs web miliknya. Untuk menautkan berkas CSS ke suatu berkas HTML kita hanya perlu menggunakan kode
<link href="lokasiberkas.css" rel="stylesheet">
Ada beberapa properti CSS yang dapat disingkat, biasanya dipanggil dengan Shorthand CSS. Teknik shorthand adalah cara mempersingkat penulisan kode CSS yang memungkinkan untuk menetapkan nilai beberapa property secara bersamaan. Teknik ini dapat menghemat karakter, menghemat energi, dan tentu saja menghemat waktu. Kode jadi terlihat lebih rapi, efisien, dan sering kali lebih mudah dibaca.
Dalam CSS, adalah wajar jika satu property memiliki banyak elemen. Misalnya dalam kode margin memiliki 4 property untuk setiap sisi elemen.
Jika menggunakan teknik shorthand CSS, maka penulisan semua property bisa disatukan demi terciptanya kode yang lebih ringkas. Urutan penulisan syntax pada teknik shorthandharus benar agar sesuai dengan style yang diinginkan.
Untuk saat ini metode penulisan shorthand CSS tersedia untuk beberapa property berikut:
margin: 3px 5px 7px 10px;
Artinya:
margin-top: 3px; margin-right: 5px; margin-bottom: 7px; margin-left: 10px;
padding: 3px 5px 7px 10px;
Artinya:
padding-top: 3px; padding-right: 5px; padding-bottom: 7px; padding-left: 10px;
font: italic bold 14px/30px Arial;
Artinya:
font-style: italic; font-weight: bold; font-size: 14px; line-height: 30px; font-family: Arial;
background: #cc0000 url('igniel.jpg') no-repeat top center;
Artinya:
background-color: #cc0000; background-image: url('igniel.jpg'); background-repeat: no-repeat; background-position: top center;
border: 3px solid #0000cc;
Artinya:
border-width: 5px; border-style: solid; border-color: #0000cc;
list-style: disc inside url('dot.gif');
Artinya:
list-style-type: disc; list-style-position: inside; list-style-image: url('dot.gif');
h1 { /* ini adalah komentar untuk satu baris */ color: red; } p { /* ini juga adalah komentar untuk dua baris atau lebih. seluruh teks yang berada pada pembuka dan penutup sebuah komentar akan diabaikan oleh browser sebagai compiler. */ color: red; }
Universal selector digunakan untuk diterapkan pada seluruh elemen.
/* diterapkan pada seluruh elemen */ * { color: green; }
Type selector merupakan cara penulisan CSS dengan nama elemen sebagai target untuk diterapkannya rule. Ketika menggunakan selector ini, maka rule akan diterapkan pada seluruh elemen target yang ada pada dokumen HTML.
/* akan diterapkan pada seluruh elemen */ a { color: blue; }
ID selector menetapkan target elemen berdasarkan nilai dari atribut id yang diterapkan pada elemennya. Agar elemen dapat terpilih, maka atribut id pada elemen harus sama persis dengan yang ada di selector. Contohnya adalah sebagai berikut:
<html> <head> <title>Page Titletitle> <style> #contoh { border: black 1px solid; border-radius: 16px; } style> head> <body> <p id="contoh">ini adalah contoh kalimat.p> body> html>
Class selector menetapkan target elemen berdasarkan nilai atribut class yang diterapkan pada elemennya. Mirip seperti ID Selector, untuk menerapkan class selector maka atribut class pada elemen harus sesuai dengan yang ada di selector. Contohnya adalah sebagai berikut:
<html> <head> <title>Page Titletitle> <style> .contoh { border: black 1px solid; border-radius: 16px; } style> head> <body> <p class="contoh">ini adalah contoh kalimat.p> body> html>
Grouping selector pada CSS merupakan cara penulisan CSS yang mana ketika selector CSS memiliki property yang sama dapat dikelompokkan dengan selector lainnya. Contohnya adalah sebagai berikut:
h1 { color: red; } h2{ color: red; } p{ color: red; } /* ini adalah class selector */ .text{ color: red; }
Kode CSS di atas akan lebih baik dikelompokkan seperti di bawah ini, dengan tujuan untuk meminimalisasi penulisan kode yang sama berulang.
h1, h2, p, .text { color: red; }
Masing-masing peramban web menggunakan mesin tata letak yang berbeda. Contohnya Firefox menggunakan Gecko sebagai mesin tata letaknya dan Chromium menggunakan Blink sebagai mesin tata letaknya. Dukungan untuk fitur CSS dari setiap mesin tata letak terkadang sering tidak konsisten. Beberapa teknik pun bermunculan untuk menggunakan suatu fitur CSS ke peramban web yang tidak mendukung fitur tersebut (biasa disebut CSS hack). Adopsi fitur CSS baru dapat terhambat oleh kurangnya dukungan dari peramban-peramban web besar. Contohnya fitur cross-fade()
telah didukung oleh Chrome dan Safari namun sampai tahun 2021 masih belum didukung oleh Firefox.
Beberapa pengembang web biasanya memeriksa terlebih dahulu dukungan untuk suatu fitur CSS, terutama untuk fitur CSS baru. Beberapa situs web berikut dapat membantu seperti CanIUse dan Mozilla Developer Network. CSS 3 memiliki fitur kueri, yang memberikan arahan @supports
yang akan memungkinkan pengembang menargetkan peramban web dengan dukungan untuk fungsionalitas tertentu langsung di dalam CSS mereka. CSS yang tidak didukung oleh suatu peramban web kadang-kadang bisa ditambal menggunakan polyfill, yang merupakan potongan kode JavaScript yang dirancang untuk memberikan dukungan untuk peramban web terhadap suatu fitur yang sebelumnya tidak didukung. Solusi ini dapat menambah kerumitan pada proyek pengembangan, dan akibatnya, perusahaan sering kali menentukan daftar versi peramban web yang akan dan tidak akan mereka dukung.
CSS dahulunya dibuat hanya untuk mempercantik halaman web. Namun, seiring perkembangan waktu CSS mulai diadopsi oleh perangkat lunak lain.
GTK adalah peralatan gawit lintas platform yang menggunakan CSS untuk memberi gaya pada setiap widget. GTK sering digunakan untuk membuat program Linux. GTK memperkenalkan API Tema baru dengan menggunakan CSS pada pembaharuan besar GTK versi 3.
Qt merupakan toolkit widget dan biasa dipakai untuk membuat aplikasi lintas platform. Qt juga menggunakan CSS untuk mengkonfigurasi tema.
Fakta Menggunakan CSS di antaranya:
/* Kode berikut didedikasikan ke ruang publik (public domain) Silahkan untuk menggunakan, mensalin, dan mendistribusikan kode berikut */ body { background-color: yellow; } p { color: red; }
Kode diatas akan mengganti warna halaman menjadi kuning dan membuat warna paragraf menjadi berwarna merah.
CSS preprocessor (pra pengolahan) adalah bahasa script atau program yang memungkinkan pengguna menulis kode CSS sesuai dengan sintaksis (syntax) prepocessor itu sendiri.
Ada banyak jenis CSS prepocessor yang dapat digunakan, namun sebagain besar CSS prepocessor memiliki beberapa fitur yangt tidak ada di vanilla CSS (CSS polos atau murni). Beberapa fitur tersebut di antaranya yaitu penulisan variabel, nesting, mixins, extends, color operations, if/else statement, loops, dan lain sebagainya. Fitur-fitur tersebut membuat penulisan kode CSS menjadi lebih mudah dibaca dan lebih mudah dirawat,
Berikut adalah beberapa CSS preprocessor popular dan sering digunakan, di antaranya yaitu :
Salah satu fitur yang dimiliki CSS preprocessor dan sering digunakan yaitu penulisan variabel. Dengan menuliskan variabel, kode yang dituliskan dapat digunakan digunakan kembali (reusable). Sehingga proses pengembangan suatu web dapat lebih cepat dan mudah.
Berikut adalah contoh penulisan variabel dalam CSS preprocessor:
// Penulisan SCSS preprocessor $base-color: #c6538c; $border-dark: rgba($base-color, 0.88); .box { border: 1px solid $border-dark; }
// Penulisan Less preprocessor @width: 10px; @height: @width + 10px; #header { width: @width; height: @height; }
// Penulisan STYLUS preprocessor font-size = 1em div font-size font-size
Dengan menggunakan fitur nesting, pengguna dapat menuliskan selector di dalam selector (bersarang). Contoh penulisannya adalah sebagai berikut:
// Penulisan SCSS preprocessor nav { ul { margin: 0; padding: 0; list-style: none; } li { display: inline-block; } a { display: block; padding: 6px 12px; text-decoration: none; } }
// Penulisan Less preprocessor nav { ul { margin: 0; padding: 0; list-style: none; } li { display: inline-block; } a { display: block; padding: 6px 12px; text-decoration: none; } }
nav ul margin: 0; padding: 0; list-style: none; li display: inline-block; a display: block; padding: 6px 12px; text-decoration: none;
/* Apabila ditulis dengan kode vanilla CSS atau CSS polos, maka hasilnya adalah sebagai berikut */ nav ul { margin: 0; padding: 0; list-style: none; } nav li { display: inline-block; } nav a { display: block; padding: 6px 12px; text-decoration: none; }
This article uses material from the Wikipedia Bahasa Indonesia article Cascading Style Sheets, which is released under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 license ("CC BY-SA 3.0"); additional terms may apply (view authors). Konten tersedia di bawah CC BY-SA 4.0 kecuali dinyatakan lain. Images, videos and audio are available under their respective licenses.
®Wikipedia is a registered trademark of the Wiki Foundation, Inc. Wiki Bahasa Indonesia (DUHOCTRUNGQUOC.VN) is an independent company and has no affiliation with Wiki Foundation.